Indonesia dalam Bayangan Mereka

Perjalanan ke Yogyakarta Sabtu, 25 Mei lalu cukup unik. Dalam rangka apa ke Jogja? Ikut acara Bentang Street Festival dong pastinya. Gw berangkat dari kosan ke stasiun Bandung pukul 6 pagi, langsung naik kereta Lodaya pagi. Yang unik, saat masuk gerbong kereta, gw dikejutkan oleh penumpang yang 80% isinya bule! Hah!

Ada apa ini? Kenapa ini satu gerbong isinya bule? Yg duduk sebelah gw pun bule..

Oh, ternyata mereka ini turis-turis Eropa yang sedang melakukan tour. Yogyakarta adalah salah satu destinasi utama karena mereka ingin melihat perayaan waisak dan pelepasan lampion di Candi Borobudur..

Bisa dibilang, dari yang gw inget, ini pertama kalinya gw naik kereta lewat jalur selatan. Biasanya lewat jalur utara. Ternyata, pemandangan jalur selatan lebih keren dan alami dibanding jalur utara yang -meskipun sama-sama sawah-, tapi udah banyak terkontaminasi pembangunan yang berantakan.

Di perjalanan itu, gw ngobrol-ngobrol sama bule di sebelah, seorang bapak (atau kakek ya) yang masih sehat & enerjik. Dia ikut tour ini dengan istrinya. Banyak cerita yang kami obrolkan. Dia bercerita tentang anaknya, keluarganya, cucu-cucunya, dll. Namun, ada hal yang menarik yaitu saat ia bercerita tentang Indonesia..

Dia bilang, di Belanda (tempat asalnya), di sekolah tempat dia belajar dulu ada mata pelajaran khusus mempelajari Indonesia. Dalam pelajaran itu Indonesia itu alamnya indah, hijau di mana-mana, tenang, udaranya sejuk, sawah, ladang, pohon kelapa, penduduk yang ramah… Kemudian, dari Amsterdam si bule ini landing di Jakarta… JENG! JENG!
He said, he really shocked!
Dan kakek ini pun mengungkapkan banyak pendapatnya. Tentang Jakarta yang banyak penduduk, banyak pemukiman kumuh, sungai yang kotor, lalu lintas crowded, bahkan ia bertanya-tanya “Apa di Jakarta banyak penduduk ilegal?”.  Hahaha.. Miris gw mendengar ocehan dia… Dia bilang, Indonesia tidak seperti dalam bayangannya. Bahkan, bule ini gembira banget saat melihat kerbau membajak sawah… Mengapa harus diganti dengan traktor yang malah membuat polusi? Untuk efektivitas? Mungkin… Tapi polusi dan biaya BBM nya lebih mahal… Ah, entahlah… Gw cuma pendengar.. :D

Tapi emang bener sih.. Kita sebagai masyarakat Indonesia mungkin sudah terlalu biasa dan memaklumi atau bahkan terlalu malas untuk membahas apalagi memperbaiki. Padahal sebenarnya, semua masalah di Jakarta (Ibukota dulu lah) perlu diperbaiki..

Jakarta mungkin tidak bisa se-hijau dulu. Tapi semoga penduduknya bisa lebih rapi, ramah, dan lalu lintas nggak crowded.

#30DaysChallenge Day 2

Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

arian sahidi said…
aku juga sering mendengar pendapat yg kayak gitu, tante. ;)

Popular posts from this blog

Mein Traumhaus!

2022: Slightly Romantic Comedy

Tips Belajar IELTS (yang ngga berhasil-berhasil amat)