Posts

Showing posts from June, 2013

Inovasi Perpustakaan

Image
Tanggal 27 Juni kemarin, saya dan teman-teman sekelas mengikuti seminar dan workshop tentang bisnis di Hotel Panghegar Bandung. Acaranya seru, beberapa keynote speaker memberi insight banget dan memotivasi untuk lebih berpikir kreatif, inovatif. Ditambah lagi, makanannya enak-enak.. Maklum mahasiswa dan anak kos, gak betah liat makanan enak berlimpah.. *Mulai salah fokus* Di salah satu workshop, pembicara meminta kami memikirkan inovasi apa yang bisa dilakukan pada perpustakaan. Lalu, ide apa yang bisa diusung agar perpustakaan bisa menjadi bisnis . Selama ini, dari beberapa perpustakaan yang pernah Rhein datangi, permasalahannya antara lain sulitnya pencarian index buku yang tidak lengkap, pencantuman lokasi buku yang kurang informatif, penjaga perpus yang jutek ( semoga sekarang udah nggak lagi ), suasana perpus yang 'dingin', kaku, serius, sampai sulitnya mengambil buku di rak-rak yang tinggi * untuk yang bertubuh pendek kayak gw, ini masalah *. Lalu, inovasi apa yang k

Aturan TV Untuk Kami

Image
Terinspirasi dari twitnya mba Pitaloka yang gemes sama stasiun TV yang entah kenapa sering menyiarkan film anak-anak saat maghrib, Rhein jadi teringat sesuatu. Begini ceritanya... *halaaahh* Konon, film anak-anak yang diputar setiap hari menjelang maghrib itu udah ada dari zaman dahulu kala. Dosen mata kuliah Creativity pernah cerita, bahkan di zaman beliau kecil, saat masih TVRI, itu film anak-anak selalu kepotong adzan maghrib. Zaman Rhein kecil juga begitu. Entah mengapa stasiun TV sampai sekarang pun masih menggunakan formula sama, bahwa program untuk anak-anak itu jadwalnya dari sore hingga maghrib . Bagi keluarga muslim, hal ini berdampak pada sulitnya orang tua menyuruh anak-anaknya shalat maghrib karena ya-namanya-juga-anak lebih tertarik sama film kartun/anak yang diputar daripada shalat berjamaah dan mengaji. Daripada protes sama stasiun TV yang kemungkinan besar nggak ditanggapi, sepertinya ortu Rhein lebih mencari trik untuk mendisiplinkan anak-anaknya.  pic taken fr

Cerita Umroh (1)

Image
Saya tahu.. Saya tahu.. Ini sudah lewat 1 minggu dan tulisan #30DaysChallenge kosong melompong. Daripada mengkambinghitamkan lingkungan sekitar, lebih baik saya mengakui kalau konsistensi ternyata masih jadi masalah yang harus saya perbaiki. YOSH! Untuk tulisan kali ini Rhein pengen bercerita sedikit tentang pengalaman umroh. Bulan Maret lalu, alhamdulillah banget keluarga bisa dipanggil ke tanah suci. Perjalanan ini sebenarnya udah keinginan sejak tahun lalu. Kemudian dengan memperhitungkan dana, waktu libur kuliah, musim di tanah suci, dll, akhirnya diputuskan bulan Maret, saat musim semi dimana konon nggak terlalu panas dan ngga terlalu dingin. Rhein dan adik-adik yang jarang di Bogor pun menyerahkan semua persiapan keberangkatan ke orang tua dan travel agent Lentera Hati. Sekilas info, travel agent ini biayanya murah dan pelayanan oke punya, lho! Kenalan Ibu. Sebelum berangkat, Bapak hanya menekankan berkali-kali, "Teh, ini perjalanan ibadah, ya. Bukan backpacking!&quo

Stop Galau, Raih Mimpimu!

Bangun pemudi pemuda Indonesia Lengan bajumu singsingkan untuk negara Masa yang akan datang kewajibanmu lah Menjadi tanggunganmu terhadap Nusa Apaan sih Rhein, sok patriotis banget pake nyanyi lagu kebangsaan segala. Ya nggak apa-apa, dong.. Suara gw bagus, kok.. *langsung upload soundcloud*. Sebenernya, saya prihatin... *ala pak SBY* . Oh bukan, maksudnya campuran antara miris, sebal, kasian, dan khawatir sama anak-anak ABG zaman sekarang. Kalau ditilik-tilik terutama dari jejaring sosial paling hits masa kini alias twitter, akun yang paling banyak menjamur dan paling banyak followernya itu adalah akun-akun galau. Ratusan ribu, lho. Duh! *tepok jidat* Zaman bahasa 4L4y mungkin udah agak lewat dan sekarang yang ngehits adalah quote-quote dari akun galau. Rhein sendiri nggak follow mereka dan nggak perlu follow karena hampir tiap hari pasti ada yang nge-retweet jadi pasti kebaca. Galau di sini sasarannya lebih kepada remaja, mahasiswa, para jomblo, dan pelaku LDR. Isinya pun n

Dyas Utomo, dari Bandung ke Berkeley

Image
Kali ini, Rhein mau bercerita tentang seorang sahabat yang membanggakan dan bikin iri luar biasa. Namanya Dyas Utomo. Kami saling kenal sejak Rhein masih di bangku SMA di Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) . Kalau ketemunya di club begini, jelas dong ya karena hobinya sama, semua hal yang berkaitan dengan astronomi. Saat itu, Rhein dan Dyas hobi banget diskusi tentang segala hal yang berhubungan dengan langit, bintang, semesta. Termasuk bersama HAAJ menyebarkan ilmu ini ke sekolah-sekolah yang biasa disebut ' Star Party '. Kami pun memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke Astronomi ITB. Dyas lolos. Rhein? Oh, cukup puas di Fisika UI. Bosscha, Bandung, 2007 Seiring waktu, kecintaan kami terhadap astronomi makin menjadi-jadi, hanya berbeda jalur. Rhein memilih mengambil jalur Fisika Bintang, Astrophysics. Dyas lebih menyukai hal yang berhubungan dengan astronomi radio. Oh bukan, bukan jadi penyiar radio. Tapi yang perlu satelit pemancar dan penerima gelombang radio

Einstein dan Pendidikan di Indonesia

Image
Dari 2 (atau 3, ya?) hari lalu, di sela-sela kesempatan ( kuliah, ngetwit, hang out, maen, makan ), Rhein mencoba untuk membaca satu buku keren ini. Tentang Einstein dan isinya keren. Kenapa keren? Karena meski belum baca sampai tamat, gaya penuturannya enak, mudah dipahami, dan ada banyak hal positif yang bisa dipelajari. Oh, bukan.. Bukan tentang pelajaran fisika. I promise! Rhein mau sedikit ngoceh setelah baca sedikit buku Einstein. Bukan tentang isi bukunya, ya... Hanya beberapa pendapat yang timbul efek dari buku ini. Di awal, diceritakan tentang bagaimana kondisi mental sosok Einstein yang sedikit terbelakang saat ia masih kecil. Yang mana dijelaskan olehnya bahwa itu termasuk anugerah. Why? Begini, seorang anak kecil memiliki rasa ingin tahu dan kreativitas yang tinggi. Karena ia ' terlambat tumbuh ', Einstein jadi tetap memiliki rasa ingin tahu seperti anak-anak saat ia sudah dewasa dan mencari solusi dengan cara orang dewasa. Perpaduan yang hebat, bukan? Con

Indonesia dalam Bayangan Mereka

Perjalanan ke Yogyakarta Sabtu, 25 Mei lalu cukup unik. Dalam rangka apa ke Jogja? Ikut acara Bentang Street Festival dong pastinya. Gw berangkat dari kosan ke stasiun Bandung pukul 6 pagi, langsung naik kereta Lodaya pagi. Yang unik, saat masuk gerbong kereta, gw dikejutkan oleh penumpang yang 80% isinya bule! Hah! Ada apa ini? Kenapa ini satu gerbong isinya bule? Yg duduk sebelah gw pun bule.. Oh, ternyata mereka ini turis-turis Eropa yang sedang melakukan tour. Yogyakarta adalah salah satu destinasi utama karena mereka ingin melihat perayaan waisak dan pelepasan lampion di Candi Borobudur.. Bisa dibilang, dari yang gw inget, ini pertama kalinya gw naik kereta lewat jalur selatan. Biasanya lewat jalur utara. Ternyata, pemandangan jalur selatan lebih keren dan alami dibanding jalur utara yang -meskipun sama-sama sawah-, tapi udah banyak terkontaminasi pembangunan yang berantakan. Di perjalanan itu, gw ngobrol-ngobrol sama bule di sebelah, seorang bapak (atau kakek ya) yang m

Ulang Tahun ^_^

Image
Rhein selalu suka hari ulang tahun.  Birthday girl. Still 17th year old look. Bukan, bukan karena banyak kado. Di usia seperempat abad begini, tradisi memberi kado sepertinya sudah sangat jarang kecuali dari orang-orang terdekat. Yang paling Rhein suka adalah adanya kucuran doa. Di hari spesial ini, selama seharian penuh dari pagi buta sampai menjelang tengah malam, banyak banget yang mendoakan hal baik. Duh, rasanya tuh membahagiakan banget dapet doa tulus tanpa pamrih dari banyak orang bahkan mereka yang belum pernah bertemu langsung. Makasih ya untuk kalian semua.  Semoga semua doa kalian dibalas dengan lebih baik oleh Tuhan. Ulang tahun kali ini agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena... Rhein kuliah! Maksudnya, biasanya kan bulan Juni itu penuh dengan jadwal liburan dan Rhein hampir selalu merayakan ulang tahun di rumah. Kebetulan semester ini ada Semester Pendek, jadilah tetap mendekam di Bandung. Kuliah full dari jam 8 pagi sampai 5 sore, dilanjut d

Pengumuman Pemenang Lomba

Hallo teman-teman dan para peserta lomba pada khususnya.. Pada penasaran ya, siapa yang akan jadi pemenang dan mendapatkan hadiah kece-kece dari Rhein & sponsor... Hihihi... :D Sebelumnya, saya mau mengucapkan terima kasih untuk semua peserta yang sudah berpartisipasi.  Tulisan kalian bagus-bagus dan kalau saya dapet banyak sponsor pengen deh ngasih bonus. Semoga lain kali saya bisa mengadakan lomba lagi yang bisa ngasih bonus untuk semua peserta.. Aamiin.. Nah, dari semua peserta yang masuk, dilihat dari isi tulisan, keunikan foto, dan gaya bercerita yang menggelitik hati Rhein, inilah  PEMENANG LOMBA RESENSI/FAN FICTION NOVEL RHEIN FATHIA: Pemenang 1   : Aci Assrianti Pemenang 2   : Binar Candra Auni Pemenang 3   : Ghina Zakia Nurjaman Horeee!! Selamat untuk para pemenang yaaaaa... Untuk yang belum beruntung, terus membaca dan menulis ya.. Bukan berarti tulisan kalian nggak bagus, hanya belum waktunya saja. Tetap semangat! Untuk para pemenang, harap k

Di Balik Pria & Wanita Sukses Ada Wanita & Pria Hebat

Di belakang pria sukses ada wanita hebat. Setuju? Menurut gw, kurang lengkap. Dalam konteks pasangan hidup, dalam arti bukan Ibu atau Nenek yang mendukung si pria agar sukses, kalimat itu kurang lengkap. Kesuksesan bukan hanya milik si pria. Wanita pun berhak. Di masa sekarang, ketika kesetaraan gender membuat wanita diberi kesempatan untuk mengeksplor potensi yang dimilikinya, mereka pun berhak untuk sukses. Tidak hanya sukses secara kodratnya (melahirkan, mendidik anak-anak, mengurus rumah tangga), tapi juga sukses di bidang lain. Potensi pribadi , mungkin itu kata kunci yang perlu diingat. Ketika sebuah hubungan antar pria dan wanita terjalin, perlu ada kesinambungan dalam mendukung potensi masing-masing. Tidak hanya fokus pada kesuksesan menggali potensi si pria hingga ia mendapat posisi jabatan di tingkat sekian, memiliki penghasilan sekian, mempunyai karya sekian. Wanita pun perlu didukung dalam menggali potensinya. Seperti yang pernah dikatakan tokoh Halya