Posts

Showing posts from November, 2010

Kenapa pada Nikah Cepet, sih?

Image
Suatu hari, saya bertanya pada seorang sahabat dekat yang juga mantan teman sebangku saat kelas 2 SMA dan punya status pengantin baru. Ya, teman sebangku saya saat SMP dan SMA memang banyak yang sudah menikah. Saya    : Hey, gimana nih rasanya jadi pengantin baru? * kedip-kedip centil dan menggoda * Teman    : Rasanya nggak enak, Pet... *ia menunduk berwajah sendu. Dan sekilas info, nama panggilan saya adalah Thipet* Saya    : Hah? Nggak enak kenapa? *saya langsung khawatir dan bersiap jadi pelacur (pelayan curhat). At least, dia sahabat saya. Dan saya selalu ingin membantu meringankan masalahnya* Teman    : Iya, nggak enak. Tapi..... uuueeeennaaakkk tenaaaannnn.... *tergelak dengan puasnya* Kampreeeetttt.... Atau lain waktu ketika saya chatting YM dengan tetangga yang usianya hanya terpaut setahun di atas saya dan dia sudah menikah. Saya    : Emang gimana rasanya nikah muda? Mbak    : Nyesel Saya    : Nyesel karena ga bisa main-main lagi layaknya anak muda? Mbak    : N

Tips Menulis 1: Baca (Iqra'!)

Saya sering banget dapat pertanyaan, " Rhein, apa sih tips supaya bisa nulis? ". Dan saya akan selalu menjawab, sebelum menulis kamu harus bisa terlebih dulu membaca. Baca buku? Oh, tidak selalu... Saya akan coba jelaskan mengapa membaca merupakan poin penting untuk bisa menulis. Tulisan ini pernah saya publish di blog saya sebelumnya . Check this out! ========================================================================= Iqra'! Aku mengenal seorang anak kecil yang menurut cerita ibunya, sudah suka membaca bahkan sebelum ia mengenal huruf dan angka. Ibunya pernah bercerita, " Dia ini, waktu usia belum 3 tahun hobinya ngedeprok (bhs sunda: tengkurap) di atas koran terus pura-pura baca 'dan olang-olang dan belsama-sama..dan olang-olang dan belsama-sama' , begitu terus setiap baca koran ". Kini, anak kecil itu sudah tumbuh dewasa dan masih suka membaca. Mulai dari sobekan koran bekas bungkus terasi dari warung, sampai jurnal sains milik J.J Thompson

Kuli Jakarta: Kantorku Negeri Dongeng

Image
negeri dongeng Bekerja di kantor ini mengingatkanku pada cerita negeri dongeng yang dulu sering kubaca di majalah Bobo. Dan justru membuatku mengerti, mengapa di negeri dongeng yang notabene negeri impian sehingga seharusnya semua hidup damai tentram, masih saja terdapat tokoh antagonis . Ternyata, negeri dongeng yang sering aku baca dulu adalah sebuah refleksi dari cerita negeri nyata yang ada. Sehingga sejak kecil kita bisa belajar dari cerita dongeng, jangan menjadi tokoh antagonis setelah besar nanti. Seperti biasa, negeri dongeng dipimpin oleh seorang Raja yang tegas dan bijaksana. Sang Raja meski tampak galak, namun beliau sosok pekerja keras sejak dulunya, sampai bisa membangun kerajaan kecil ini. Pada semua rakyatnya, Sang Raja selalu ramah dan mengayomi. Tentunya, sang Raja ini didampangi oleh Ratu yang lembut hati dan memiliki senyum teduh (penulis ngefans dengan sang Ratu). Mereka memiliki seorang Pangeran yang saat ini sedang belajar untuk menjadi pewaris tahta. Pa

Bencana Untuk Perubahan :)

Image
Guru saya pernah bilang, musibah dan bencana hanya sebuah deskripsi manusia. Karena pada hakikatnya, Tuhan mentakdirkan perubahan. Sama seperti bumi yang zaman dulu dibombardir komet hingga menewaskan sebagian besar makhluk hidup dan menghabiskan semua Dinosaurus. Pada akhirnya, tumbuh kehidupan baru yang lebih baik. Bapak saya juga bilang, dulu setelah gunung Galunggung meletus, pasir-pasirnya dimanfaatkan untuk pembangunan di Jakarta. Dan daerah sekitar gunung menjadi lahan subur. Tuhan itu Maha Baik, dan alam selalu memberi banyak hal pada manusia dengan ikhlas. Meski ada korban, anggap saja itu sebuah keseimbangan. Meski banyak kesedihan, percayalah di balik itu akan muncul kebahagiaan. Begitu pula dengan kejadian meletusnya Merapi, gempa Mentawai, ataupun yang lain. Semoga kita semua tetap bisa berfikir positif, karena akan ada kehidupan lain yang lebih baik. ^_^ ps: pic taken from here Love is real, real is love. -John Lennon-

Saya Takut Miskin, Kawan...

Image
Mari kita bicara tentang materi, tentang uang, tentang hal-hal yang perlu dibeli. Kata orang, miskin atau kaya itu relatif. Dari kacamata * dan softlens * saya, miskin adalah ketika kita terpaksa harus meminta pada orang lain karena tidak mampu mengusahakan sendiri. Dan saya takut miskin. Sebuah doktrin yang tertanam lekat dan ditularkan oleh Ibu. Iya, Ibu saya juga takut miskin. Emang kamu pernah miskin, Rhein? Entahlah, saya sih dari dulu selalu merasa cukup * Alhamdulillah... *. Beruntunglah saya punya orangtua yang mengajarkan untuk tidak konsumtif dan gemar menabung. Sebelum TK, saya diajarkan untuk rajin menabung di celengan. Di TK, karena Bapak melarang untuk jajan sembarangan, saya jarang jajan. Jadilah uang jajan utuh. Beranjak SD, saya mulai menabung di bank atas nama saya dan Ibu. Jadilah seminggu sekali saya rutin pergi ke bank untuk menabung sisa uang jajan * berapa banyak anak SD yang punya account Bank? *. Sedikit demi sedikit, tapi bisa untuk beli kado untuk Ibu. J

Ngapain Kembali ke Jakarta??

Ke Jakarta aku kan kembaliiiii... Lagu jadul lah itu pasti. Dan saya yakin penggemar musik pasti tau lagu yang dibawakan Koes Plus itu. Ngomong-ngomong tentang Jakarta, saya ingin sedikit curhat, juga sekalian menghujat. Apa sih yang orang-orang cari di Ibukota negara kita tercinta ini ya? Soalnya saya sering dengar banyak orang dari berbagai daerah datang ke Jakarta. Bahkan rela menjual aset di kampungnya untuk modal di Jakarta. Jangankan hanya gosip yang mampir ke telinga saya, bahkan teman-teman saya pun yang berasal dari daerah, sangat berlomba-lomba untuk dapat kerja di Jakarta. Baiklah, mari kita coba lihat apa yang menarik dari kota metropolitan ini. Standar gaji besar. Pasti itu salah satu alasan utama banyak orang berburu di pekerjaan di Jakarta. Tapi pernahkah mereka perhitungkan bahwa biaya hidup di Jakarta juga besar? Godaan untuk pengeluaran isi tabungan juga besar. Di Jakarta itu, pipis aja bayar loh. Belum lagi gaya kehidupan orang-orangnya. Kalau ga pinter-pinter