Antara Senyum, Zona Nyaman, dan Menulis
Beberapa hari lalu seorang teman menelepon dan kami bercerita banyak hal. Saya mengenal dan mengagumi dia sebagai sosok yang punya banyak rencana, cita-cita, dan ambisi. Beberapa bulan terakhir kami sering ngobrol dan saya suka mendengar bagaimana dia punya banyak hal yang ingin dilakukan dalam hidupnya di masa depan. Saya suka melihat orang yang bersemangat memiliki mimpi-mimpi. Meski kadang saya merasa iritasi kalau dia menyentil yang intinya kira-kira: hidup saya tampak gini-gini aja dibanding rencana hidupnya. Kemudian di percakapan kami yang terakhir, saya cukup merasa tersinggung karena beberapa hal. Pertama, dia bilang saya ini hidupnya terlalu senang-senang dan senyum-senyum aja. Awalnya saya menanggapi hanya dengan tawa karena mengira dia bercanda. Ayolah, apa yang salah dengan murah senyum? Namun ternyata dia serius, katanya saya ini keliatan ketawa-ketawa aja. Hidup itu harus lebih serius. Saya menimpali, "Terus gue harus gimana? Nangis?" Jawabannya tetap s