Trip to Vietnam: Hanoi-Ha Long Bay

Sebenarnya perjalanan ini saya lakukan Oktober 2017 lalu, namun apa daya baru sempat ditulis sekarang. Kemudian kali ini juga kunjungan saya ke Vietnam yang kedua, yang  pertama tahun 2015 dan malah tidak saya tulis di blog. Semua karena apa? Tentu karena malas. Hahaha..


Berbekal izin libur dari kantor dan tiket yang nggak murah-murah amat, saya dan adik bertolak ke Vietnam, sempat transit dan bermalam di KLIA2 untuk flight pagi menuju Hanoi. Berhubung kali ini merupakan perjalanan singkat (maklum buruh), otomatis saya nggak bisa go-show ujug-ujug menclok di suatu negara baru dan berpikir mau ngapain aja seperti biasanya. Saya sudah booking hostel dorm (hanya $5! I love Vietnam! Cheap!) dan tujuan saya kali ini jelas: Bermalam di kapal pesiar di Ha Long Bay. Duh, buruh satu ini emang loba gaya pisan. 

Hari ke 1

Dari bandara Hanoi kami naik bis umum dengan waktu perjalanan kurang lebih 30 menit ke daerah Old Quarter atau Hoan Kiem District. Sebenarnya di bandara banyak yang menawarkan taksi atau travel gitu tapi kami backpacker murahan jadi pasti pilih transportasi yang enteng di dompet (karena bayar kapal pesiar udah mahal huhu). Sampai di Old Quarter langsung cari kantor The Sinh Tourist, travel agent tempat saya booking wisata pesiar di Ha Long Bay. Saat di Ho Chi Minh 2015 lalu, saya menggunakan jasa travel agent ini untuk tour Delta Mekong hingga ke Mui Ne dan pelayanan mereka memuaskan. Jadi, saya sudah kontak mereka lagi saat masih di Indonesia. Selesai urusan konfirmasi ini itu jemput dimana dll dengan The Sinh Tourist, kami lanjut ke hostel. 

Karena memang tidak ada rencana khusus di Hanoi, sore hari di kami lalui dengan jalan-jalan santai di sekitaran Old Quarter, mengunjungi  beberapa kuil, wisata kuliner di pinggir jalan, keluar masuk toko souvenir, dan ini yang paling kami suka: mencicipi kopi telur! Enaaakkk bangeeett dan semua pelayannya ramah. 

Percayalah, tidak ada kopi beracun di sini
Pemandangan Hoan Kiem Lake di malam hari
Hari ke 2

Pagi-pagi pihak Sinh Tourist menjemput ke hostel dan sudah ada wisatawan lain (dari Korea, Belgia, dan Myanmar). Perjalanan menggunakan mini bus menuju Ha Long Bay serasa jalan-jalan di pelosok Indonesia tahun 90an, belum banyak pembangunan yang berarti. Mini bus sempat mampir di tempat peristirahatan agar kami bisa beli camilan sekaligus melihat-lihat tempat kerajinan tangan khas Vietnam yang diproduksi oleh para penyandang disabilitas. Layaknya negara Sosialis-Komunis, meski masih termasuk negara miskin tapi segala lapisan masyarakat dijamin oleh negara (CMIIW).


Okeh, siang hari kami sampai di pelabuhan dan langsung cuss ke kapal. Yeeaaayy.. Namanya emang pesiar tapi nggak mewah seperti Titanic dong yes. Dengan harga kurang lebih 1,5 juta rupiah per orang untuk Ha Long Bay Cruise Tour 2D1N ini, kami dapat kamar di kapal dengan twin bed, pemandangan indah ke laut lepas dari jendela, kamar mandi di dalam komplit dengan segala keperluan toiletris, shower, WC duduk, bersih, ada air hangat, makan dan air mineral selama di kapal (tapi tidak termasuk minum tambahan seperti bir, jus, dll). Terus apalagi ya? Oh, sudah termasuk tiket2 tour selama 2 hari 1 malam ke lokasi-lokasi di Ha Long Bay.  Konon menurut tour guide, harga ini selalu naik setiap tahun karena wisatawan yang datang semakin banyak apalagi setelah adanya film King Kong. 

Aye Aye, Captain!

Pemandangan dari dalam kamar
Kapal melaju dan meliuk-liuk di antara pulau-pulau kecil ke tujuan pertama yaitu Sung Sot Cave yang artinya Surprise Cave. Mengapa dinamakan seperti itu? Zaman dulu sekali saat Vietnam belum seterkenal sekarang, ada 2 perempuan Prancis yang berpetualang dan menemukan gua ini. Karena isi gua yang sangat luas dan menakjubkan, mereka pun merasa surprise. Jadilah dinamakan Surprise Cave. Agak garing sih ceritanya tapi ya emang gitu. Hahaha...

Hal yang saya perhatikan dan rasakan setiap kali backpacking ke Vietnam (Ho Chi Minh City dan Hanoi) adalah bagaimana pemerintah dan masyarakatnya mengelola pariwisata negara ini. Mereka sadar bahwa negara mereka baru saja 'membuka diri' pada dunia. Dengan potensi alam yang indah, mereka tahu bagaimana membuat para turis nyaman dengan mengelola alam agar mudah dijelajahi dan dinikmati tanpa merusak kondisi aslinya. 



Usai keliling gua, kapal meluncur lagi meliuk-liuk di antara pulau-pulau kecil Ha Long Bay. Sepanjang perjalanan, saya nggak melihat ada yang berenang di laut, sih. Menurut kabar seorang teman yang pernah diving di Vietnam pun isi lautnya nggak bagus.  Berbeda dengan karakter pulau di Indonesia maupun Thailand yang memiliki pantai, sebagian besar pulau di Teluk Ha Long ini termasuk jenis pulau kapur yang menjulang dari dalam laut. 

Selang beberapa menit di kapal, eh ternyata kami sampai di sebuah pulau yang ada pantainya! Nama pulau diambil dari seorang kosmonot Soviet, Gherman Stepanovich Titov, yang pernah berkunjung ke pulau ini. Namun sepertinya masyarakat Ha Long ini ada keturunan Sunda karena akhirnya pulau ini bernama Ti Top Island. Mungkin begini kira-kira ceritanya,

Usep: Maneh nyaho teu, aya jelema nu pernah ka luar angkasa rek ulin ka dieu. 
Asep: Saha? Manusia luar angkasa?
Usep: Lain. Ieu bujang ti Sopiet, rek ulin ka pulau-pulau. 
Lalu datanglah rombongan Gherman Titov menyusuri Ha Long Bay nan indah dan mendarat di sebuah pulau. Berita kedatangan kosmonot ini menyebar ke seluruh penjuru Vietnam dan disiarkan di segala gelombang radio serta menjadi perbincangan para lambe. Meski rombongan Titov sudah kembali ke negeri asalnya, ceritanya masih menarik untuk disimak. Hingga akhirnya.
Usep: Urang rek ulin ah.
Asep: Kamana?
Usep: Eta, ka pulauna si Ti Top.

Di pulau ini, kita bisa berenang tapi dibatasi hanya seuprit. Paling hanya kecipak-kecipak main air di bibir pantai. Lalu ada pilihan juga untuk mendaki ke puncak pulau yang terdiri dari 300 anak tangga, dari tanah, curam, tempat pegangan hanya seutas tali atau ranting-ranting pohon yang menjuntai, selama naik mikirnya "Gusti ini kapan sampe kok kayak mendaki Korin Tower di Dragon Ball." Pokoknya pas sampai puncak hayati lelah plus ngos-ngosan pisan deh.

Tapi... Tapi... Tapi.... Kalau kalian pernah lihat foto-foto super indah yang menyatakan bahwa Ha Long Bay adalah salah satu UNESCO World Heritage, di sinilah tempatnya. Nggak perlu jadi potograper profesional untuk bisa dapat gambar ini. Taraaaaaa

Udah iri belum?
Awalnya saya pikir karena mendaki pulau ini melelahkan, bakal sedikit yang  niat banget sampai ke puncak. Eh ternyata penuh! Susah banget mau ambil foto juga. Untunglah saya berbadan mungil jadi bisa nyelip di antara ketek para bule untuk ambil foto di atas. Oh, pas di sini kami ketemu pasangan dari Afrika. Usia keduanya sekitar 40an tahun dan sempat minta tolong adik saya untuk ambil foto mereka berdua. Ternyata yah.. hapenya Nokia jaduuuuuuullll pisan yang kamera masih VGA gitu. Dan hanya itu satu-satunya gadget yang mereka bawa. Kami agak sedih pengen menawarkan memfotokan pakai kamera kami dan dikirim melalui email tapi sayangnya mereka nggak ngerti bahasa Inggris. Namun mereka tetap senyum-senyum dan berbinar bahagia. Yah, sejatinya selama saling bersyukur bersama orang terkasih, kondisi apa pun bisa bikin bahagia kan.

Makan malam di kapal menyenangkan. Kami sudah request makanan halal selama di kapal. Semua seafood dimasak dan disajikan dalam keadaan masih segar karena  sebagian mancing langsung selama perjalanan. Usai makan malam, saatnya santai-santai di dek kapal menikmati langit berbintang sembari terombang-ambing di laut tenang. Sebenarnya banyak tour keliling Ha Long Bay yang menawarkan perjalanan sehari tanpa menginap. Tapi saya selalu suka sensasi terasing, jauh dari hingar bingar, tanpa sinyal di hp, tenang di bawah langit malam. 

Hari ke 3  

Subuh-subuh kami sudah bangun dan langsung menuju dek kapal. Ngapain? Ngincer pemandangan ini.
rise and shine!
Saya sempat bikin cover lagu ala-ala yang bisa diliat di instagram @rheinfathia hehehe. Selesai sarapan, kami dibawa ke tempat budidaya mutiara yang hasilnya cantik-cantik bangeeeettt! Dijelaskan juga jenis-jenis kerang dan gimana proses 'kelahiran' mutiara yang memakan waktu cukup lama. Harganya? Mahal!


Puas melihat mutiara (tanpa membeli karena kutakpunyawang), saatnya kayaking! Ini seru-seru deg-degan. Seru karena alamnya bagus banget untuk dieksplorasi. Deg-degan karena takut kecebur. Kami dikasih kesempatan berkeliling ke pulau-pulau selama kurang lebih 1 jam. Suasana laut tenang, cuaca adem, laut jernih, pulau-pulau yang belum terjamah manusia, menimbulkan kesan magis tersendiri. Pastinya di sini aman, nggak ada King Kong atau makhluk buas lainnya.



Kayaking menjadi aktivitas penutup selama di Ha Long Bay. Kami kembali ke kapal, beres-beres, makan siang, dan kembali ke Hanoi. Mau lagi nggak ke sini? MAU DONG! 

Keesokan paginya kami cuss kembali ke Jakarta. Berapa biaya seluruh trip ini? Saya nggak hitung detail sih, tapi kurang lebih 4,5 juta rupiah sudah termasuk tiket PP, tour Ha Long Bay, penginapan di Hanoi, makan, dan jajan-jajan. 

Sampai jumpa di cerita traveling berikutnya. *dadah..dadah..*

Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

Popular posts from this blog

2022: Slightly Romantic Comedy

A Day at The Same Time Zone

My Portofolio