Riset dalam Menulis Novel

Sebagai penulis moody, Rhein mau cerita sedikit tentang gimana sih cara riset ketika kita sedang menulis sebuah novel? Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa menulis membutuhkan riset agar hasilnya lebih realistis, 'bergizi', bahkan bisa membuat pembaca merasa bahwa cerita yang kita tulis itu "gue banget". Proses riset itu gampang atau susah? Ibarat belajar fisika, awalnya memang susah dan lama kelamaan makin susah, apalagi kalau calon tulisan kita isinya lebih kompleks. Hehehe.. :D

Sebagai contoh, Rhein akan bercerita bagaimana saat melakukan riset untuk novel Seven Days. Pssstt.. bocoran nih yah, alasan kenapa novel ini dipilih sebagai pemenang lomba Qanita Romance adalah karena temanya: Traveling. Sejak tahun lalu (bahkan tahun ini pun), traveling begitu hits, menjadi lifestyle, banyak buku travel guide, dan kayaknya ngga kece gitu kalau ngga angkat ransel untuk jalan-jalan. Nah, sayangnya masih sangat jarang novel fiksi yang berlatar belakang traveling. Kalaupun ada, mungkin naskah tersebut ngga ikut lomba. Hihihi.. Maka dari itu, beberapa pembaca Seven Days selalu berkomentar tentang deksripsi lokasi-lokasi di novel ini tergambar dengan detail dan indah. Bahkan, ada pembaca yang membawa novel ini sebagai buku travel guide saat dia jalan-jalan ke Bali. :D

So, here the research process of Seven Days. Novel ini bercerita tentang Bali karena kebetulan saat melihat pengumuman lomba, Rhein baru pulang dari sana. Tapi, tidak semua lokasi yang muncul di Seven Days sudah Rhein kunjungi saat ke Bali. Nope, hanya sebagian saja dan sisanya adalah riset. 

1. Astronomi
Ada yang bilang novel Seven Days banyak bintang. Hahaha... Semua hal astronomi di novel ini, mulai dari pilihan nama Shen & Alnilam yang identik dengan rasi Orion, kondisi di Observatorium Bosscha, letak rasi bintang, dsb, hampir tidak membutuhkan riset saat proses penulisan. Why? Karena Rhein sudah hapal hampir di luar kepala. Hahaha... Yeah, para pembaca setia (ceilah) buku-buku Rhein pasti tahu kalau penulisnya penggila langit & astronomi. Jadi ya gitu. Kita bisa menggunakan pengalaman atau hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya sebagai amunisi isi tulisan. Tinggal di-search saja apakah masih relevan dengan zaman sekarang atau tidak.

2. Pekerjaan Karakter: Arsitek & Desainer (Pelukis)
Rhein ngga bisa gambar sama sekali. Jangankan pegang kuas lukis, kuas cat air Faber Castel aja belepotan. Shen sebagai arsitek cerminan dari Bapak, tidak terlalu sulit mendeskripsikan pekerjaannya karena Rhein melihat bagaimana beliau bekerja & sifat-sifatnya seumur hidup. Perfeksionis, teratur, disiplin, sibuk di kantor seperti apa, dll. Nilam sebagai pelukis, ini yang cukup memantang. Rhein harus riset bagaimana proses melukis dari awal sampai akhir (ternyata kebanyakan pakai pensil dulu), alat-alat apa saja yang dibutuhkan (kanvas, kuas, easel, cat minyak, dll), ada berapa jenis kuas yang dibutuhkan (ternyata ada banyak ukuran), jenis-jenis cat minyak seperti apa yang tahan lama serta cepat kering atau tidak (macam-macam, lho), bagaimana dengan ukuran kanvas standar (banyak bingits), berapa lama proses melukis itu berlangsung sesuai pilihan cat, dan bagaimana proses jika ingin membawa lukisan ke pesawat. Semua proses ini ada yang Rhein baca di internet, tanya ke pelukis (sok-sok kenalan di Facebook), dan datang sendiri untuk tanya-tanya ke penjual peralatan lukis. Rempong? Well, that's research and you got new experience :)

3. Timing
Ini penting sekali dalam penulisan novel dan membutuhkan riset yang teliti. Semua rute lokasi perjalanan Shen & Nilam bisa dilakukan oleh siapa pun. Meski tidak mengunjungi keseluruhan lokasi, Rhein googling dari berbagai macam forum backpacker dan bagaimana mereka melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain serta berapa lama waktu yang dibutuhkan. Baca juga brosur-brosur travel agent dan bagaimana mereka menawarkan perjalanan. Google map sangat membantu untuk mencari rute efektif dalam membuat rencana perjalanan. Selain itu, perhatikan hal-hal detail seperti: nggak mungkin menikmati sunrise di pantai Kuta karena letaknya menghadap ke barat. Ingat detail! Riset timing dan hal detail sangat penting diperhatikan. 

4. Karakter tambahan
Pasangan Andrea-James, Made si surfer macho asli Bali, pemilik penginapan di Ubud, penduduk ramah di Ubud, sampai monyet-monyet di Monkey Forest & Uluwatu, Rhein ambil dari hasil pengalaman interaksi waktu jalan-jalan di Bali. Yep! Sebagai penulis, kemana pun kita pergi, selalu buka sensitivitas panca indera dan rekam baik-baik. Ingat apa yang mereka lakukan, karakternya, apa yang mereka bicarakan, dsb. Adakalanya riset itu terjadi begitu saja dan cukup kita menyerapnya dengan panca indera, tidak perlu sedikit-sedikit dicatat. Interaksi dengan sekitar, resapi, simpan di otak dan hati.

5. Lokasi: Bali
Nah, ini inti utama cerita. Bagi yang sudah baca Seven Days, kalian bisa menebak mana saja lokasi mana saja yang sudah Rhein kunjungi atau belum? :D. Nih bocorannya: Saat penulisan Seven Days, Rhein belum pernah ke Pura Besakih, Kintamani, Denpasar, hmm.. mana lagi ya *cek novelnya dulu*, oh tidak ke Danau Batur, Pantai Sanur, bahkan tidak melihat sendratari. Ih, kok banyak nggaknya sih? Lha, makanya pakai riset. 

Kebanyakan riset adalah googling dan baca forum backpacker. Sempat ada pengubahan cerita, tadinya Rhein mau menulis adegan romantis Shen & Nilam melakukan lomba membuat coretan sketsa artistik pura Besakih, nanti yang menang boleh *titik-titik* yang kalah... ehmm.. kasih tau ngga ya ngapain? *uhukuhuk. Etapi pas riset tentang Pura Besakih, ternyata tempat itu tidak nyaman bagi wisatawan karena penduduknya kurang ramah. Semua forum backpacker baik dari dalam dan luar negeri berpendapat sama. Bahkan Pura Besakih sempat dicap sebagai destinasi wisata yang di-blacklist oleh forum backpacker sedunia. Yaaahh.. Nggak jadi deh bikin adegan romantis di sana. 

Kintamani, Danau & Gunung Batur, juga Rhein lakukan riset melalui cara yang sama: Forum backpacker, lihat foto-foto indahnya, dan membayangkan diri sendiri berada di sana saat menulisnya. Cerita tentang nonton sendratari, oh itu Rhein nonton belasan pertunjukan sendratari di Bali dari Youtube! Hahaha.. Sedangkan makna filosofi dan cerita Rama-Shinta, kebetulan Rhein pernah ambil mata kuliah Wayang di kampus, jadi ya tahu sedikit lah tentang pewayangan. 

Juga untuk cerita mitos pura-pura yang selalu terletak di tempat-tempat sulit (gunung, hutan, tebing curam), tentang dewa-dewa kepercayaan masyarakat Bali, wilayah yang mayoritas muslim, de-el-el, semuanya menggunakan riset. Googling, baca artikel, buku-buku travel guide, atau blogger dengan kisah unik masing-masing. Dan jangan lupa, perpindahan waktu antar lokasi ini juga perlu diperhitungkan. 

Begitulah, sedikit-banyak cerita pengalaman riset dalam proses membuat novel. Seven Days sengaja dibuat menjadi cerita romance yang mudah ditebak endingnya karena Rhein lebih ingin memunculkan eksotisme traveling di Bali. Karena percaya deh, datanglah ke Bali dengan pasangan dan dijamin semua hal yang disajikan di sana akan memunculkan efek magis romantisme sendiri secara lembut dan perlahan. *pengalaman ya, Rhein? #uhuk*.

Bagi Rhein, menulis novel adalah proses pembelajaran. Menulis novel dengan tema traveling dan melakukan risetnya menjadi tantangan tersendiri dan masih jauh dari sempurna. So, keep writing and learning! :D

Yang hobi riset. Pantai Pandawa, Bali, 2014.
Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

FHEA said…
Salam kenal, Kak Rhein!! Wish me meet you someday 💛
Love you kak rhein. Terima kasih ilmunya. Kk penulis yang jujur dan hebat

Popular posts from this blog

2022: Slightly Romantic Comedy

The Only One Lady's Birthday

Giveaway & Talkshow with Nulisbuku Club