ASEAN Trip (1): Backpacking Jakarta-Singapura-Phuket
Singapore (Changi): Heaven of Duty Free
Minggu pagi 18 Oktober 2015, saya bertolak dari Soekarno Hatta menggunakan maskapai Harimau Udara menuju Phuket dengan rute transit di Singapura selama kurang lebih 5 jam. Tidak perlu diceritakan lah ya bagaimana oh-so-wow nya Changi, sudah tenar kredibilitas bandara di negara mungil ini memanjakan para traveler. Bahkan saat saya tiba, masih banyak manusia bergelimpangan di sudut-sudut bandara alias mereka yang menginap untuk penerbangan selanjutnya.
Awalnya saya ingin ikut free tour Singapore yang disediakan pihak Changi, namun apadaya untuk jadwal yang diincar sudah habis. Hiks.. Jadilah, selama transit cukup puas mengelilingi taman-taman indah, mewarnai gambar (sebenarnya ini fasilitas untuk anak-anak, tapi ya sudahlah tampang saya masih baby face) dan pastinya belanja make up di Duty Free #uhuk. Ya gimana dong, gerai Duty Free itu banyak banget dan menggoda iman. Hihihi.. Saat akan boarding, pengecekan cukup rempong sampai saya harus membongkar tas hanya karena petugas bandara curiga sama… Energen! “What’s this?”, tanya petugas. “Cereal,” jawab saya, dan lolos #DOH. Pesawat sempat delay, hanya 30 menit.
Penulis Narsis |
Phuket: Touristy City
Sampai di Phuket sudah malam dan proses imigrasi mengular panjang. Hebat pariwisata Phuket ini, bahkan saat low season pun tetap ramai oleh wisatawan. Hampir pukul 21.00 selesai sudah urusan imigrasi dan saya keluar bandara mencari bis Airport-Patong (semacam Damri Soetta gitu), sayangnya sudah tidak beroperasi. Daripada menggelandang, ya sudah naik mini van yang memang banyak di depan bandara. Saya agak kesal sama alat transportasi ini. Perjalanan bandara-Patong memakan waktu cukup lama (sekitar 1,5 jam, belum ditambah mini van ngetem), kondisi malam hari (pukul 22.00 lebih) , penumpang terlihat sudah pada capek. EH, ujug-ujug supir berhenti di komplek ruko dan menyuruh kita semua turun dengan alasan “Passport check!”. HAH?
Ternyata oh ternyata, kami disuruh masuk ke travel agent yang mimiliki banyak pegawai, menyebar menyambut masing-masing turis dengan ramah basa-basi menawarkan segala macam paket tour dan harus booking saat itu juga. Zzzz… Dengan tampang zombie karena ngantuk, (setelah pegawai travel berbusa-busa ngoceh) saya hanya menjawab singkat, “No, thank you. We’ve already booked the whole tour package from our hostel.” (Padahal mah bo’ong). Pegawai travel pun mingkem dan saya kembali ke van. Travelmate saya sampai bilang, “Kamu nolaknya singkat & tegas banget.” Bodo, saya ngantuk!
Sampai Patong udah nyaris jam 11 malam, tapi emang dasarnya ni kota hidupnya malam-malam, ya ramenya kayak pasar Indonesia pagi hari. Saking rame, saya jadi nggak ngantuk lagi. Hahaha… Tambahan lagi lokasi penginapan tinggal ngesot ke pantai dan Bangla Walking Street, jadi makin ajib lah itu ramenya. Menginap di hostel dorm campur, di kamar sudah ada bule-ganteng-perut-six-pack yang terbangun saat saya datang. Bukannya lanjut tidur, Kang Bule malah mandi dan keluar penginapan. Mau tahajud di masjid ya, Kang? Mau dooonnggg jadi makmum… #dihajarladyboy
Next: ASEAN Trip (2): Backpacking Phuket-Patong
Next: ASEAN Trip (2): Backpacking Phuket-Patong
============================
Rincian Biaya 18 Oktober
Makan siang di Changi: $SGD 7
Mini van ke Paton: THB 180
Hostel 3 malam: THB 750
Minum: THB 14
TOTAL: Rp 428,000
Love is real, real is love. -John Lennon-
Comments
mbak main juga dong ke blogku, http://nuniekkr.blogspot.co.id/ ditunggu yahh