Bukan Akhwat?

"Ternyata Rhein itu bukan akhwat, yaaaa???!!"

Sumpret! Kaget gw tiba-tiba ada orang chatting di fesbuk langsung bilang histeris kayak gitu. Eduunn... Dikira gw ini bencong atau cowok kali ya? *yang langsung di-iyakan seorang teman kalau gw ini cowok cantik*. Jelas gw akhwat lah. Masa ikhwan??

Okay, mari kita klarifikasi. Menurut hasil pemahaman gw yang sangat dangkal ini, setahu gw saat belajar terjemah Al-Qur'an, 'akhwat' atau 'akhowat' itu berasal dari bahasa arab yang artinya manusia berjenis kelamin perempuan. Jadi, baik dia anak-anak, tua, muda, pake jilbab atau nggak, selama dia bukan laki-laki dan bencong, ya dia akhwat. Lha terus? Kok gw bisa disangka bukan akhwat? *langsung ngaca apakah kumis gw makin lebat?*

Dari hasil pengataman gw yang lagi-lagi ngasal. Setelah sampai ke Indonesia, kata itu memang mengalami penyempitan makna *Melo, tanggung jawab lu sebagai anak sastra Indonesia, apa maksudnya ini?*. Terutama di lingkungan-lingkungan tertentu. Kata akhwat hanya berlaku untuk para wanita berjilbab. Udah gitu, ukuran jilbab pun di bagi menjadi beberapa kategori lagi. Katanya, kalo jilbab masih pendek namanya 'ikhwit' *Apa pula ini?*.

Jujur aja lah ya, kalau dari gw pribadi, gw kurang suka dengan hal itu. Bedasarkan apa pen-deskripsi-an atau penyempitan makna itu? Lingkungan Islam kah? Jilbab kah? Atau kalau mau lebih sombong lagi, berdasarkan keimanan? Helloowww... Only Allah knows about that. Gw malah merasa, sekarang sebutan itu seperti narsisme dan peng-ekslusifan dalam beberapa kalangan. Kawan, saya pernah di dunia itu, pernah tersesat di jalan yang benar. Kalau dalam menyebut sesama saudara saja masih terkotak-kotak dan ekslusif seperti itu, bagaimana bisa kalian melebur dan berdakwah secara meluas. Dakwah tidak hanya di lingkungan sendiri. Dakwah tidak hanya dalam masjid, mentoring, liqo, atau kajian. Ah, saya yakin kalian lebih paham tentang itu semua. Tapi tolong, implementasinya mana?! Dari hal-hal kecil saja. Pola pikir..

Makanya, ketika ada percakapan seperti ini:

Akhwat 1: Eh, si ikhwan itu lagi deket sama perempuan loh.
Akhwat 2: Oh ya? Tapi ceweknya itu akhwat juga?
Gw (akhwat juga!): @#@$@$#@$%^#^%#^%%^ *dodol! Yang namanya cewe ya pasti akhwat....*

Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

-=-IpanG-=- said…
betul say, orang2 di indonesia memahami kata2 "akhwat" itu harus kepada perempuan yang memakai jilbab besar. padahal akhwat itu adalah perempuan tidak mesti pake jilbab. selama gendernya perempuan yah tetep dia akhwaat.

BTW, yang manggil kamu bukan akhwat itu kayanya perlu di pertanyakan, pemahaman dia tentang akhwat itu seperti apa sih? ato jangan2 cuma karena ikutan organisasi ato partai2 islam jadinya semua akhwat itu harus pake jilbab, dan yang tidak pake jilbab itu ikhwat... wakakaka... aneh orang indonesia..
Fei said…
wakakakakakak....senasib kita, barusan gue buka blog setelah beberapa hari gak buka dan melihat di shout mix apa yang terjadi saudar2, gue di panggil MBAK sama seseorang, karena doi lihat design baju gue, wakakakakakakakaka
aprie said…
wakakakak...
itu sih ngaco..
Rhein Fathia said…
@Ipang:
Itulah yang gw nggak suka di Indonesia. Aneh bin ajaib. Pergerakan dan organisasi-organisasi tertentu itu bukannya membawa kedamaian bagi semua, malah jadi mengkotak-kotakkan dan ekslusif, merasa paling benar. Iya kalau bener...

@Faizz:
Sepertinya tidak nyambung.. saya masih dianggap perempuan kok..

@Aprie:
Emang ngaco..
Melody Violine said…
whew, jawabanku waktu itu ga masuk ya, jadi sebel dah ngetik panjang2

Popular posts from this blog

Kaleidoskop 2021

Backpacker Thailand Trip (part-5): Chatuchak Market, Belanja, & Kuliner