Waitress Abal-Abal
Hari terakhir menjalani karir sebagai waitress abal-abal #halah.
Akhirnya, usai sudah kisah cinta pekerjaan saya sebagai waitress. Dari duluuuuu banget, saya suka membayangkan kalau tinggal di luar negeri pengen kerja di restoran dan malamnya kuliah. Kayaknya seru aja gitu jadi waitress ketemu banyak macam-macam orang apalagi kalau ada drama-drama lucu macam Penny di The Big Bang Theory atau Max di Two Broke Girls. Eh, selama di Australia ini terkabul dong.
Sejak sebelum berangkat ke benua selatan, pekerjaan part-time yang saya incar ada dua: waitress dan guru bahasa Indonesia. Ternyata yang terkabul hanya yang pertama dengan kesempatan bekerja di satu kafe dan dua restoran. Bulan Juni saya bekerja di Sette Cafe, Oktober-Januari di Fremantle Bakehouse, Februari-Maret di Jimmy’s Recipe.
Menjadi waitress abal-abal di negeri kanguru bagi saya menyenangkan meski kalau restoran rame capeknya bisa bikin kaki kram. Rutinitas yang saya kerjakan meliputi melayani order pembeli, bersih-bersih restoran, jaga mesin kasir, ngitung duit, promosi, kadang bantu-bantu di dapur, malah waktu kerja di kafe saya pun harus buat sandwich, toast, dan segala macam minuman. Pastinya sih tak lupa senyum setiap saat.
Alasan memilih pekerjaan waitress ada banyak. Pertama pastinya supaya bisa memperbagus english conversation karena mau nggak mau saya pasti mendengar dan bicara sama pembeli, dong. Belajar bicara dalam bahasa Inggris mungkin bisa dari les-les saat di Indonesia, tapi mendengar orang lain ngomong English dalam beragam aksen, itu pe-er lagi.
Kedua, menambah rasa percaya diri. Saya sosok introvert, pemalu, dan sulit memulai berkenalan dengan orang baru (Iya, padahal saya termasuk friendly). Kemudian pernah suatu kali saya mendengar (atau baca), salah satu cara memperbaiki sifat nggak pede adalah kita harus mencoba bicara dengan 5 orang baru yang lawan jenis setiap hari. Kebayang dong kalau kerja di restoran saya punya banyak kesempatan ngobrol sama beragam manusia. Bagi saya perkara bicara dengan orang baru ini di masa depan penting untuk urusan bisnis, melatih elevator pitch, belajar menjadi pribadi yang mudah disukai orang lain, membaca karakter orang, mendengar serta memahami keinginan konsumen, bagaimana supaya orang-orang tertarik dengan apa yang kita jual atau rekomendasikan. Berbeda dengan public speaking, menjadi waitress mengasah kemampuan berkomunikasi dua arah agar kita bisa memahami dan orang lain paham apa yang kita maksud. Kan cita-cita saya mau jadi Ibu Negara (apa hubungannya??).
Bagi saya efeknya berasa banget. Akhir-akhir ini rasanya lebih mudah untuk berkenalan dan berbaur dengan orang baru (teman dari teman dari temannya si anu). Saya juga menyadari ternyata banyak sekali yang memiliki problem nggak pede menghadapi orang baru dan bagaimana agar mereka nyaman bicara dengan saya. Tips yang biasa saya pakai sederhana: senyum, ramah, bersikap bahagia.
Alasan ketiga pengen kerja di restoran supaya bisa belajar masak. Sempat sih belajar beberapa jenis masakan. Kemudian ada kejadian saat saya masak di restoran untuk dimakan sendiri, itu kwetiau gosong dan bentuknya nggak keruan. Tapi saya yakin masih layak makan. Sampai tiba-tiba si chef lewat dan menatap saya iba sambil berkata, “I’ll cook for you.” Dengan cepat saya mengelak, “No, it’s okay. It just for my dinner.” Namun apa daya si chef dengan cepat menyambar wajan dan kwetiau tak berbentuk itu langsung dibuang ke tempat sampah. Giliran saya nyanyi depasif: Kau hancurkan aku dengan sikap mu. Tak sadarkah kau telah menyakiti ku.
Banyak pengalaman yang saya pelajari dari pekerjaan waitress. Bagi teman-teman work & holiday visa Indonesia yang mau mencoba, saya selalu dapat pekerjaan ini dengan mengantar resume/CV langsung ke restoran, minta ketemu manager, lalu bilang dengan singkat padat jelas kalau kita butuh kerja, jenis visa yang kita punya, I can speak English fluently, pengalaman kerja, dan yakinkan bahwa kita bisa cepat belajar dan pekerja keras.
"Hello, how are you? What can I get for you today?" :)
waittress abal-abal pose dulu |
Love is real, real is love. -John Lennon-
Comments