Teleskop 2015


Kok teleskop?
Begini ya... Sebagai mantan astronom, saya pernah menggunakan teleskop sebagai alat optik untuk melihat benda-benda langit terutama bintang (zaman penelitian tugas akhir dulu). Cara kerja teleskop yang menggunakan cermin atau lensa adalah dengan menampung cahaya bintang dan sampailah ke mata (ini saya malas jelasin prosesnya secara saintifik dan kalian juga pasti malas baca). Karena jarak yang sangat jauh hingga ribuan tahun cahaya, justru cahaya bintang yang sampai ke mata saya itu merupakan cahaya yang terpancar ribuan tahun lalu. Mungkin saat ini bintang tersebut malah sudah meledak, meredup, dan menjadi bintang katai putih atau black hole. 

Maka sejatinya, mengintip teleskop adalah menilik masa lalu. Seperti postingan kali ini tentang apa-apa yang terlewati dalam hidup saya setahun lalu. 

Januari: Sidang thesis.
Februari: Novel Gloomy Gift terbit.
Maret: Wisuda.
April: Agak lupa, tapi lagi sering pergi-pergi jumpa pembaca dalam rangka tour promosi novel baru gitu deh..
Mei: Novel Dansa Masa Lalu terbit online gratis.
Juni: Tes IELTS yang hasilnya bikin sedih yagitudeh, tapi lumayan masih bisa buat daftar kuliah ke Yu-Rop mah.
Juli: Nggak datang ke semua acara buka puasa bersama karena sayang kalau ketinggalan tarawih di masjid.
Agustus: Jadi pegawai tenda Destarata yang baik.
September: Jadi pegawai tenda Destarata yang baik.
Oktober: Keliling ASEAN.
November: Prestasi nagih utang ke beberapa corporate rekanan tenda Destarata dengan nilai lumayan. Padahal ni corporate, Gustiii… ngaleuyeud pisan. Karena kata ortu saya, syarat jadi pebisnis itu bukan hanya bisa dagang, tapi juga harus bisa nagih utang. Seems like I was born to be an author and a debt collector.
Desember: Daftar haji.

Itu yang seneng-senengnya. Yang bikin sedih tahun ini juga ada.

1. Daftar kuliah, course, beasiswa ke 8 kampus & institusi di Europe. 7 dari 8 hasilnya gagal. Satu lagi belum ada pengumuman. Waktu pertama kali datang amplop berlogo sebuah institusi dan tertulis “We’re sorry….” Sungguh saya langsung mewek. Amplop-amplop selanjutnya, ahyasyudahlah...

2. Belum kesampaian beli rumah. Selain karena duitnya belum ada juga bingung mau beli rumah di mana.

3. Ngga kurban. Lagi-lagi saat itu rezeki finansial belum terpenuhi. 

4. Target penjualan Gloomy Gift tidak sesuai keinginan. Penyebabnya ya macam-macam lah, seperti karena kebijakan kalau ni novel hanya dijual di Pulau Jawa dan sedihnya tiap kali ada pembaca di luar Jawa yang pengen baca tapi nggak pernah nemu di toko buku di kota mereka.

5. Solat masih suka telat-telat dan ngaji nggak khatam sekalipun. Perlu digetok saya ini emang. Baca novel dalam setahun 50 biji aja mampu, masa ngaji nggak selesai.

Overall, tahun 2015 ini seimbang tawa dan tangis, apa yang dicapai dan apa yang belum digapai, yang pasti sangat sangat bahagia dan bersyukur dengan kondisi sekarang. Terus, apa sudah bikin resolusi untuk 2016? Udah dong... Kali ini mimpinya lebih besar dengan risiko besar pula. Bismillah...

HAPPY NEW YEAR!

Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

Rd said…
tahun yg menarik sekali yaa, tak sabar menanti cerita2mu di 2016,
dann itu kenapa gak daftar kuliah pake beasiswa LPDP? sepanjang pengetahuanku banyak yg sukses daftar ke luar negeri. aku yakin kalo kau ndaptar bakal lulus deh.. coba lg atuh..

dan saya kok bisa nebak2 rencana besarmu di tahun besok huehue sok teuu

Popular posts from this blog

2022: Slightly Romantic Comedy

Tips Belajar IELTS (yang ngga berhasil-berhasil amat)

A Day at The Same Time Zone