Pendaftaran Haji

Dua hari lalu, saya dan adik-adik daftar untuk jadi calon jemaah haji. Kenapa? Simpel aja sih, selain memenuhi panggilan Allah, kami juga dari dulu punya cita-cita ingin haji saat masih muda agar stamina masih kuat. Mengingat sekarang antrian haji semakin lama bahkan sampai belasan tahun, itungannya nanti pas haji udah tua juga. 

Saya mau share pengalaman daftar haji di KOTA BOGOR yang alhamdulillah bisa dilakukan dalam satu hari, tapi… ya gitu deh kayaknya kalau ngga ada bumbu birokrasi nan rempong ala Indonesia ibarat nongkrong di kafe tapi nggak dapet wifi.

Persyaratan daftar haji ini cukup simpang siur dan nggak update, menurut saya. Saya googling dari website resmi kemenag pun nggak ketemu (atau saya nggak mahir cari), informasi banyak dari para blogger & isinya tidak seragam. Wahai KEMENAG, tolong dong perbaiki perihal persyaratan  pendaftaran haji ini agar informatif dan seragam seluruh Indonesia. Berdasarkan pengalaman ortu, katanya cukup ke bank dulu bawa KTP & Kartu Keluarga. Okelah. Menurut info melalui gambar di bawah ini dan tanya ke bank yang bisa membuka tabungan haji, saya melalui proses berikut.



1. Datang ke bank (kami pilih BNI Syariah) dengan membawa KTP, Kartu Keluarga, dan duit pastinya. Bilang ke teteh CS mau buka tabungan haji, isi form, tabung uang, dapat buku tabungan. Kemudian buku tabungan ini difotokopi & dilegalisir oleh pihak bank untuk dibawa ke departemen agama kota Bogor. Catatan: Setor untuk tabungan haji ini minimal 100,000 kemudian bisa nabung berlanjut alias nyicil tapi uang tidak bisa diambil, tidak ada ATM. Kalau saldo sudah mencapai 25 juta, baru bisa ke depag untuk daftar haji. 

2. Untuk ke depag, kata pihak bank butuh akte kelahiran ATAU ijazah terakhir DAN surat nikah (bagi yang sudah menikah). Heleh, kenapa nggak ada infonya sih. Jadilah adik saya pulang dulu ambil akte kelahiran. Lanjut ke depag bawa KTP, KK, akte kelahiran, buku tabungan asli, fotokopi legalisir buku tabungan. Saat di depag Bogor, kami ke ruangan layanan haji & umroh yang ada ibu-ibu petugas sedang melayani orang lain, disuruh ke ruangan Siskohat. Ke ruangan siskohat, ada bapak-bapak petugas ngerokok (hey, pak! Aturan pemda kan nggak boleh ngerokok di kantor. Mana kantor pemerintahan pula) dan malah nyuruh kami balik ke ruangan si ibu-ibu tadi. Mulai ada pingpong birokrasi, nih. Oleh petugas siskohat ini kami disodorkan syarat-syarat daftar haji, cuma berupa selembar kertas kecil fotokopian. Di sana diminta surat keterangan domisili & surat kesehatan, yang kami nggak bawa. Kami komplain kenapa syarat-syarat ini nggak ada informasinya sama sekali di media. Semua informasi simpang siur. Kata petugas karena tiap daerah beda-beda (Wahai Kemenag, tolong perbaiki dong. Kok bisa beda-beda syaratnya tiap daerah?? Ini membuka peluang bagi oknum untuk meng-ada-ada dokumen yang seharusnya tidak perlu). Kata petugas lagi, surat keterangan sehat tidak perlu, tapi surat keterangan domisili perlu, alias perlu ada keterangan dari RT, RW, Lurah, Camat. Heleeehhh.. Kami komplain aturan tambahan ini munculnya dari mana, padahal menurut aturan resmi Kemenag di sini, tidak ada syarat surat domisili tersebut, kan sudah ada KTP & KK. Akhirnya kami dialihkan ke ibu-ibu di ruangan sebelumnya, kemudian dijelaskan bahwa surat itu perlu karena banyak pendaftar dengan KTP & KK palsu. Hadeuh, itu surat domisili kan bisa aja dibuat palsu kalau niat. Setelah negosiasi, kami diperbolehkan menyerahkan surat domisili tersebut dengan menyusul. Kemudian proses daftar di depag: isi formulir, masing-masing berkas difotokopi 3 rangkap per orang: KTP, KK, akte lahir. Terus, foto! Ternyata perlu pas foto latar belakang putih dengan 80% wajah. Kebetulan ada studio foto dekat kantor depag, jadi foto di sana. Yang dibutuhkan: ukuran 3x4 10 lembar, 4x6 5 lembar. Selesai foto balik lagi ke kantor depag, foto lagi di sana untuk berkas data Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH). Nah, SPPH ini ada 3 lumbar untuk calon jamaah, pihak depag, & pihak bank. Cek baik-baik data SPPH ini, ya.. Karena data ini diinput online yang age-link langsung ke kemenag & bank.

3. Dapet SPPH dari depag, kami balik lagi ke bank. Laporan ke teteh CS tadi, menyerahkan kembali buku tabungan dan SPPH. Lalu, diproseslah pendebetan uang muka haji sebesar 25 juta untuk mendapatkan nomor porsi yang menentukan kapan kami bisa berangkat haji. Proses-proses-proses dapat berlembar-lembar kertas juga yang dibagi untuk calon jamaah, pihak bank, dan depag.

4. Selesai dari bank, kami meluncur ke keluharan untuk mendapatkan surat keterangan domisili. Karena Bapa kami RW, jadi ya udahlah nggak perlu ngurus surat RT RW, pihak kelurahan pun sudah kenal dan dengan senang hati membantu membuatkan surat tersebut serta di tanda tangani oleh lurah & camat.

5. Balik lagi ke Depag untuk menyerahkan surat keterangan domisili (fotokopi dulu ya) dan berkas  bukti debet dana dari bank.

SELESAI! Yeeaayy.. Semua proses dilakukan mulai jam 8 pagi dan selesai jam 4 sore. TANPA CALO. TIDAK DIKENAKAN BIAYA APA PUN kecuali biaya fotokopi, pas foto, dan bayar haji itu sendiri. Jadi, wahai warga KOTA BOGOR yang ingin mendaftar haji, saya bisa rangkum dokumen-dokumen yang diperlukan supaya nggak rempong mengurus dokumen tambahan.

1. KTP (fotokopi 3)
2. Kartu Keluarga (fotokopi 3)
3. Surat Keterangan Domisili (fotokopi 3)
4. Akte kelahiran atau Ijazah (fotokopi 3)
5. Buku nikah (bagi yang sudah menikah, fotokopi 3)
6. Pas foto latar belakang putih 80% wajah ukuran 3x4 (10 lembar) dan 4x6 (5 lembar). Simpan soft copy foto ini, karena saat akan berangkat haji, harus menggunakan foto yang sama. (Sebenarnya ini agak nggak masuk logika saya, sih.. 15 tahun penantian bisa mengubah wajah seseorang).
7. Uang 25 juta.

Hari ini, kami cek di website Kemenag dengan memasukkan nomor porsi, dapat perkiraan keberangkatan tahun 2031. Bismillah, labaik allahuma labaik..

Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

Rd said…
subhanallah, kalian keren, smoga tak ada aral & selalu dimudahkan dgn rencananya ya

kmaren ada yg nanya soal ini, sayangnya saya lupa, ingetnya cuma pas nyetor dan foto, alur lain2nya blur ehehe jd pengen ngecek jg, kapan kira2 berangkat, tapi saya lupa nomer porsinya je #Lah
besinikel said…
WHAAAATTT 2031? huhuhuhu lama juga, ya...
Rhein Fathia said…
@wxrm:
Makasih & aamiin untuk doanya, Om.. Semoga dilancarkan juga ya.. Saya juga ga hapal kok nomor porsi.. Harus nyontek berkas dulu.. :D

@besinikel:
Iya Fen, lama bingit emang.. Padahal dulu cita2nya pengen berangkat pas umur masih 30an.. Tapi ga apa2, kalau udah dipanggil mah InsyAllah kapan aja pasti berangkat..
Agus Mulyadi said…
Semoga dilancarkan dan kelak jadi Haji yang Mabrur mbak... Aamiin

Popular posts from this blog

Kaleidoskop 2021

Backpacker Thailand Trip (part-5): Chatuchak Market, Belanja, & Kuliner