Ngapain Kembali ke Jakarta??

Ke Jakarta aku kan kembaliiiii...

Lagu jadul lah itu pasti. Dan saya yakin penggemar musik pasti tau lagu yang dibawakan Koes Plus itu.

Ngomong-ngomong tentang Jakarta, saya ingin sedikit curhat, juga sekalian menghujat. Apa sih yang orang-orang cari di Ibukota negara kita tercinta ini ya? Soalnya saya sering dengar banyak orang dari berbagai daerah datang ke Jakarta. Bahkan rela menjual aset di kampungnya untuk modal di Jakarta. Jangankan hanya gosip yang mampir ke telinga saya, bahkan teman-teman saya pun yang berasal dari daerah, sangat berlomba-lomba untuk dapat kerja di Jakarta.

Baiklah, mari kita coba lihat apa yang menarik dari kota metropolitan ini. Standar gaji besar. Pasti itu salah satu alasan utama banyak orang berburu di pekerjaan di Jakarta. Tapi pernahkah mereka perhitungkan bahwa biaya hidup di Jakarta juga besar? Godaan untuk pengeluaran isi tabungan juga besar. Di Jakarta itu, pipis aja bayar loh. Belum lagi gaya kehidupan orang-orangnya. Kalau ga pinter-pinter ngatur keuangan, hedonisme bisa bikin bangkrut deh (kok curhat, Rhein?? :D). Jakarta kota megapolitan, pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat macem-macem deh. Sehingga banyak orang-orang berfikir kalau tinggal di Jakarta akan punya peluang besar untuk sukses. Ya, itu benar. Tapi pikirkan juga bahwa di Jakarta banyak sekali pesaing. Kalau ga bisa bertahan dengan persaingan dan cuma punya kemampuan struggle yang minim, siap-siap bangkrut deh.

Jakarta punya banyak tempat gawul, bahkan ada istilah sendiri, AGATA (Anak GAul JakarTA). Ada ratusan tempat nongkrong dan hangout yang bisa kita temui di setiap sudut kota. Tapi bagi saya pribadi, tempat itu sesak, kawan... Bahkan sebenarnya orang-orang Jakarta-nya sendiri, lebih suka kabur ke luar Jakarta. Itulah mengapa kalau wiken, jalanan Jakarta relatif sepi. Penghuninya lebih suka jalan-jalan ke kota lain yang lebih tenang, damai, dan menyenangkan. Saya pribadi yang sudah beberapa tahun ini berkecimpung di Jakarta, lebih suka pergi ke kota lain. Saya pernah jalan-jalan ke Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan kota lain yang lebih pelosok. Tahukah bagaimana rasanya? Bahkan rasa bangun tidurnya pun beda! Di Jakarta, saya bangun tidur dan otak langsung bekerja cepat. Rasanya seperti diburu-buru waktu yang terus menerus menyodok dengan pedang tajamnya. Terlambat sedikit, mampus. Tapi di kota lain, saya bangun tidur lebih rileks. Waktu seperti berjalan santai dan mau berkompromi.

Jakarta itu kota polusi, kawan. Segala macam polusi tumplek di sini. Polusi udara, tanah, air, suara, sampai polusi hati, segala macem deh. Yang pastinya sangat tidak baik untuk kesehatan. Belum lagi macet, kereta mogok, busway sedikit armada, angkutan ngetem, angkot yang supirnya suka nipu, preman, banjir, ow..ow... buset dah. Benar-benar nggak cocok sebagai tempat tinggal.

Jadi, itulah Jakarta. Kota dengan berjuta pesona yang menarik orang untuk datang. Dan setelah mereka datang, silakan menikmati kehidupan di dalamnya. IMHO, Jakarta sangat cocok sebagai tempat belajar untuk bisa struggle dalam kehidupan ^_^. So, ke Jakarta aku kan kembaliiiii....

Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

Anonymous said…
Siapa suruhhh datang jakartaaa, siapa suruuhhhh datang jakartaaa, sendiri susaahhh sendiri rasaaa, edoe sayanggg :D :p
achie said…
Malem minggu ayeee pergiii ke bioskopppp, nonton pelem beduaan sama emakkk.. :p

hehehe, ga nyambung sontreknya yak.. Katanya Jakarta itu kota yang dinamis, begeraakkkkkk terus, kalo diem bentar ya ketinggalan.. bobo kelamaan jd telat ngantor, berangkat kesiangan disambut macettt..

yah begitulah Jakarta, but somehow utk beberapa org justru disitulah mungkin enaknya kota Jakarta, kita jd dituntut terusssss berpikir dan begerak dinamis jugaa, jd otak ga tumpul badan ga lumpuh :)
Muhammad Qori said…
hmmm, membaca review ente tentang Jakarta memang sih pandangan orang yang pernah tinggal dijakarta itu beda banget buat orang yg belum ke Jakarta.

"Jakarta is like what you seen on Tv"

Yah, pandangan orang kampung ditipu dah sama tipi.

Pendapat ane: Kota Jakarta adalah kota yg penuh dengan seribu spekulasi dan nasib.
Rhein Fathia said…
@ordinaryoktaviani:
yang nyuruh bos saya... :">

@achie:
iya chie, kalau orang yang terbiasa tinggal di jakarta dengan pergerakan yang sangat dinamis, terus disuruh tinggal di kampung, mungkin malah stress ya.. hahaha...

@Qori:
setuju! Jakarta itu fluktuatif...
Adi Yulianto said…
Senin-Jumat, jakarta dibanjiri para pendatang dari beberapa daerah di sekitar seperti Bogor, Depok, Tangerang dan bekasi.

Pas wiken, giliran orang Jakarta yang membanjiri daerah seperti Bogor dan konco2nya itu..hehe

Jangan sedih, itulah Ibu Kota Negara tercinta..:)
oil vacancy said…
ane setuju sekali sama artikel neng ini
emang ngapain juga pada merantau ke jakarta belm tentu disana qt bisa berkembang, yang suka lihat berita di tv dah jelas2 di jakarta sudah tidak aman polusi, banjir dll
ane selama hidup aja baru pernah maen ke jakarta cuma 2 kali itupun ga betah,,,, enakan di jogja aja aman tentram ya walopun sekarang lagi di landa musibah merapi tapi aman2 saja,,, ya walopun baru 9 tahun hidup di jogja trasa sudah jadi kampung halamn sendri..
hastomi said…
Setujuuuu,,,

gw muak fat dengan jakarta, penuh, sesak, macet,bising,,,

bogor pun mulai ikut-ikut kayak jakarta,,

kalo dibiarin gini Bogor bisa-bisa 10 tahun lagi sama aja kaya jkt,,,

oh tidaaak
Rhein Fathia said…
@Adi:
Hahaha.. bener banget. Timbal balik lah...

@Oil Vacancy:
Iya, mending membangun di kota asal.. :)

@hastomi:
Ah, jangan dunk.. ga rela gw bogor jadi kayak Jakarta.. >.<

Popular posts from this blog

2022: Slightly Romantic Comedy

Tips Belajar IELTS (yang ngga berhasil-berhasil amat)

Review Macbook Air 11 Inch