Sudah Sampai di Praha

Pagi hari dua minggu lalu, pukul tujuh. Saya berjalan di trotar sembari menggeret koper besar menuju sebuah bangungan yang kelak akan menjadi tempat tinggal selama dua tahun ke depan. Asrama mahasiswa. Saya kembali ke kampus, kali ini di negeri kastil, Praha. 

Setelah hampir setahun penuh drama dan persiapan di Indonesia, kali ini berlanjut dengan segala urusan di Ceko. Hari pertama mengurus segala birokrasi kampus, urusan kartu mahasiswa, kartu transportasi, kartu sim hp, dan segala macam jenis kartu lain agar mempermudah akses selama tinggal di sini. Masih efek jetleg, saya sudah tidur lelap meski hari masih sore. Keesokan harinya kembali mengurus birokrasi imigrasi yang mana saya hanya bengong karena para petugasnya berbahasa Ceko (lol), tapi untungnya beres juga. Hari selanjutnya hingga sisa minggu adalah orientasi kampus yang sangat berfaedah. Mulai dari pengenalan sistem online kampus, perkenalan budaya Ceko, sampai seminar hak-kewajiban para pelajar Internasional yang sangat membantu bagi mahasiswa sering-hilang-arah-dan-gaptek seperti saya. Lucunya sih karena saya satu-satunya siswa berjilbab, sering jadi incaran fotografer yang bertugas sebagai dokumentator acara kampus. Saya jadi malu #plak

Dua minggu ini banyak hal terjadi dan menyenangkan. Saya akan coba cerita beberapa hal. Pertama tentu perkuliahan, yang bagi saya tetap sulit tapi menyenangkan. Semua dosen di sini selalu memberikan materi yang akan diajarkan paling tidak 3 hari sebelum jadwal kuliah sehingga siswa punya waktu untuk belajar, mengerjakan soal-soal latihan, jadi saat di kelas lebih efisien untuk diskusi dan membahas hal-hal sulit. Kalau dibilang apakah sulit dan berat kuliah di luar negeri atau di Indonesia, muatan materinya sebenarnya nggak beda jauh (buku-buku acuan toh kebanyakan sama). Tugas-tugasnya juga sama banyak seperti perkuliahan di Indonesia; pe-er individu, tugas kelompok, presentasi. Namun pendalaman materinya di sini lebih baik dan up-to-date dengan kenyataan. Entah mengapa di sini saya lebih semangat belajar. Semoga bukan karena baru awal-awal. Hehe..

Teman sekelas oke-oke. Kerasa banget mereka emang kuliah untuk belajar, kompetitif, rajin baca, kalau diskusi kelas atau pas ngerjain tugas pada aktif, nggak pelit ilmu mau ngajarin atau share informasi. Kan saya jadi kebawa rajin ya. "Hey, there's no class tomorrow. Let's book study room and discuss homework." atau  "I'm going to library to study. You want to join?"  << Kalimat-kalimat kayak gini udah nggak asing dan untuk manusia lemot kayak saya, bagaikan angin segar diajakin belajar jadi bisa lebih paham sama pelajaran. Maklum nih, saya kuliah di jurusan yang beda dengan background sebelumnya dan bukan bahasa Indonesia pula. LOL. 

Asrama kampus ya ampun fasilitasnya oke deh. Kamar saya nyaman, cukup luas untuk 2 orang, bersih, dapur oke, ada ruang cuci, gym, kantin, ruang belajar, sampai bar buat nongkrong juga ada. Belum nemu hal nggak nyaman sih selama di sini. Roommate juga baik dan kami bisa saling toleransi. Oh ya, wifi kenceng, ini penting.

Cukup cerita tentang hal akademis. Tinggal di Praha apalagi Ceko kayaknya nggak afdol kalau nggak jalan-jalan, yekan? Padatnya kuliah membuat saya mengatur waktu, setidaknya perlu 1 hari full untuk traveling dalam seminggu. Maka baru 2 minggu di Praha, saya sudah mengunjungi 2 kota lain yang ternyata nggak kalah indah; Liberec dan Cesky Krumlov. Mumpung belum winter dan masih ada matahari jadi bagus untuk foto-foto. Selain itu, saya juga sempat menemani pasangan Indonesia yang sedang berkunjung ke Praha untuk jalan-jalan. Ala-ala tour guide gitulah. Akhirnya ada yang bisa diajak ngobrol bahasa Indonesia. Hahaha...
Terakhir adalah cerita MASAK! Kayaknya semua orang terdekat saya tahu kalau masak adalah skill yang paling saya nggak kuasai. Waktu tinggal di Australia, saya terselamatkan karena kerja di restoran jadi sering dapat jatah makan gratis. Karena di sini belum dapat pekerjaan (dan ngga berniat jadi waitress lagi, sih), mau nggak mau saya harus masak sendiri supaya hemat. Untungnya saya nggak terlalu rewel urusan makanan karena menganut prinsip prioritas: murah, kenyang, bergizi, enak. Hasil masakan tentu nggak seenak abang-abang penjual makanan di pinggir jalan di Indonesia, tapi setidaknya masih selalu bisa saya habiskan. Malah Ibu bilang saya tampak gendutan. Sepertinya karena kalau masak, saya nggak jago urusan takaran jadi selalu kebanyakan (dan selalu saya habiskan). LOL.

Dua minggu ini menyenangkan. Negara baru, rumah baru, sekolah baru, teman-teman baru. Banyak orang baik yang saya temui dan selalu bersedia membantu. Semesta memang baik dan semoga saya pun bisa selalu membalasnya dengan menjadi orang baik. :)

Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

Acipa said…
Kak Rhein, rasanya kek baru kemarin baca ceritamu soal perjalanan Trans Siberia, sekarang udah ada di lain tempat, boleh dong diceritain background soal studinya ini, ngambil studi apa, dapet beasiswa atau nggak, etc. I can't hardly waiting for that. Semangat ^^
Rd said…
keren teh.
smoga sukses dan mendapatkan apa yg sdh menjadi tujuan
Mput said…
Whoaaa Praha! Kayaknya menyenangkan ada di tengah orang-orang yang seniat itu untuk belajar. Aku nggak pernah kuliah di luar sih, kalau di sini yang ada diajak bolos bareng terus ke mall :))
Rhein Fathia said…
@Acipa:
Makasih banyak udah baca. Oke, lain kali aku bikin tulisan agak serius tentang studi di sini ya.. :D

@Om Warm:
Aamiin Makasih, Om!

@Mput:
Kutunggu sarapan di Belanda dan makan malam di Praha, lho. :))

Popular posts from this blog

2022: Slightly Romantic Comedy

The Only One Lady's Birthday

Giveaway & Talkshow with Nulisbuku Club