Belajar Skill Baru: Leatherwork

Sabtu lalu saya ikutan workshop membuat tas dari bahan kulit (leather). Sebenarnya dari dulu saya suka dengan barang-barang fashion yang terbuat dari bahan kulit karena menampilkan kesan simple, classic, elegant. Tapi kan tak dapat dipungkiri harganya mahal yeee (maklum anak kismin). Pas waktu kuliah di Bandung, pernah berniat untuk mencoba DIY bikin pouch berbahan leather supaya bisa lebih murah. Udah beli bahan-bahan bareng Angie, download beragam pattern dari pinterest. Hasilnya? Jelek (ya menurut looo). Mulai dari potongan salah, hasil jahit mesin yang ngga rapi, pokoknya itu pouch ngga kepake. 

Kemudian akhir tahun kemarin saya lihat di instagram @indoestri mereka membuka kelas leatherwork untuk membuat drawstring bag. Kebetulan salah satu resolusi saya tahun ini adalah menambah hard-skill. Terus, testimoni seorang teman yang pernah ikutan workshop di @indoestri ternyata kelasnya bagus.  Setelah saya ikutan workshop juga merasa terpuaskan karena:
1. Kita tinggal bawa diri, semua bahan disiapkan oleh pihak @indoestri.
2. Semua pengetahuan dan teknik diajarkan dari dasar secara bertahap sehingga yang nggak tahu apa-apa mudah memahami dan bisa mengikuti kelas dengan baik.
3. Pengajar friendly dan helpful banget. Kalau nggak ngerti pasti dibantuin.
4. Bisa bawa hasil karya kita langsung saat kelas selesai. Ini penting banget! Karena saya yang awalnya zero experience tentang leather dapet banyak input dan outputnya jelas keliatan ada tas yang saya buat sendiri.

Informasi lengkap tentang @indoestri bisa kepoin instagramya aja. Mereka biasa membuka kelas workshop tiap weekend dan beragam jenisnya. 

Nah, pembuatan leather drawstring bag ini sebenarnya nggak terlalu sulit meski nggak gampang-gampang amat juga. Meski akhirnya saya menyadari kenapa barang fashion dari bahan kulit apalagi yang handmade harganya mahal (melelahkan, cuy). 


Pertama-tama kita dikasih silabus yang salah satunya berupa pola tas dan peralatan (tools) apa saja yang diperlukan. Untuk tools juga nggak terlalu ribet dan bisa didapatkan dengan mudah (kebetulan Bapak saya kan profesinya tukang, jadi cukup familiar dan senang karena asik bisa latihan tanpa perlu beli alat lagi). Tahap selanjutnya diajarkan bagaimana membuat pola yang presisi, bagaimana teknik memotong bahan kulit agar rapi, bagaimana teknik melipat sebelum dijahit supaya si kulit nggak geser-geser.

Selesai tahap dasar, mulai diajarkan bagaimana teknik membuat lubang bagi yang perlu dibuat lubang. Pas bagian ini berasa banget jadi tukang karena harus pakai palu. Jadi sekelas berisik banget sama suara jdak-jdok. Apalagi karena pembuatan tas kali ini tanpa mesin jahit, untuk bagian yang perlu dijahit perlu dibuat lubangnya dulu di sepanjang jalur jahitan. Karena kalau nggak begitu, susah banget nusuk pakai jarumnya. 


Tahap paling lama tentu saat menjahit apalagi dengan teknik 2 jarum keluar masuk lubang dan harus sama persis jarum mana bagian atas dan jarum mana bagian bawah. Lumayan tricky dan menguji kesabaran meski saya pribadi lebih suka teknik jahit tangan gini daripada mesin (karena beli mesin kan mahal, yes).

Setelah 7 (iya, TUJUH) jam berlalu, finally tasnya jadiiiii! Yeay... Hayati lelah tapi bahagia. Hahahaha... Ukuran tasnya muat untuk keperluan hangout (isi: hp, dompet, e-reader, notes, make up pouch, kacamata). Sesuai banget sama tas ideal versi saya: simpel, klasik, bahan bagus, fungsional. Next time kalau saya lagi niat bikin-bikin DIY untuk latihan, mungkin akan posting di sini. Kalau mood.

my first DIY leather bag. Taarrraaaa

Comments

Popular posts from this blog

Kaleidoskop 2021

Backpacker Thailand Trip (part-5): Chatuchak Market, Belanja, & Kuliner