Rottnest Island, A Paradise
Surga itu ternyata hanya berjarak 30 menit dari tempat saya tinggal sekarang, Fremantle.
Setelah sekian lama saya selalu membanggakan pantai-pantai di Bali dan 3 Gili yang belum ada memandingi keindahan mereka di semua pantai yang pernah saya temui, akhirnya saya menemukan pulau surga lain: Rottnest Island.
Berbekal izin libur dari pak Bos, saya dan Kiyomi berangkat ke Rottnest untuk piknik setelah dua minggu kerja rodi di restoran saat musim liburan akhir & awal tahun yang oh-my-god kenapa tamu nggak berhenti-berhenti dateng?! Kami membeli tiket di hari selasa agar dapat separuh harga yang tiketnya bisa dibooking di sini. Saya tahu orang-orang bilang Rottnest indah dan menyenangkan terutama pantainya, tapi tidak mau berekspektasi besar karena dari pantai-pantai yang pernah saya kunjungi di Asia Tenggara dan Australia selama ini, belum ada yang se-memuaskan Bali dan 3 Gili (yang udah ke Raja Ampat, ga usah komentar. Saya belum kesana). Kemudian, sampailah kami di Rottnest dan.... Whooaaaa!!
Cara paling menyenangkan untuk mengeksplor Rottnest adalah dengan sepeda. Selama kami berkeliling pulau, ya Gusti... Beneran berasa surga. Cuaca cerah dengan angin sepoi-sepoi, pantai-pantai pasir putih dan laut biru, tebing-tebing yang ciamik untuk melihat seluruh pulau, jalanan aspal yang bagus tanpa kendaraan bermotor (ternyata surga ga perlu mobil atau motor bagus, gaes), hutan-hutan rindang yang menyaring cahaya matahari, binatang-binatang liar yang cantik dan hidup damai berdampingan. Selama sepedahan, saya dan Kiyomi berasa dua anak kecil lagi main-main. Kadang ngebut, kadang pelan-pelan, ngobrol dan ketawa-ketawa, berhenti di beberapa lokasi indah untuk foto-foto narsis, main sama burung atau quokka, makan bekal, berenang di pantai, lanjut naik sepeda dan cari pantai lain lalu berenang lagi.
The best day off!
Kasihan Quokka, dia nggak boleh masuk toko |
Kalau ada burung ini liar di Jakarta pasti dalam sekejap udah ga ada |
Kalau menginap di pulau ini, saya yakin akan ada sunset yang menakjubkan karena saat kami kembali ke Fremantle, dari kapal pun Matahari menjelang sunset bagus bangeeeettt.
Piknik kali ini bisa dibilang sekalian farewell. Saya dan Kiyomi datang ke Fremantle dan bekerja di restoran di waktu yang hampir bersamaan. Bulan Januari ini Kiyomi dan saya pun akan resign dan melanjutkan traveling ke tujuan yang berbeda. Namun itulah esensi dari sebuah perjalanan; bertemu, membuat kenangan indah, dan berharap suatu hari dipertemukan kembali.
Love is real, real is love. -John Lennon-
Comments