Hello, Best friend :)


Akhir-akhir ini, hubungan gw sama salah seorang sahabat lagi agak renggang. Jujur, emang dari pihak gw sih yang mulai malas menanggapi dia, merespon sapaan dia dengan datar, dan nggak jarang bersikap tak acuh atau menyebalkan. Jahat ya gw? Buat gw sih iya, tapi cukup beralasan, kok. 

Gw sahabatan sama dia udah cukup lama. Dengan profesi gw sebagai pelacur bagi seluruh kasta, otomatis sobat gw ini jadi pelanggan tetap, dong. Curhat demi curhat sudah mengalir begitu banyak, sampai suatu kali dia menghardik gw dengan cukup kasar (kasar standar gw). Dari sini, buat gw masalah mulai muncul. Why? Pertama, dia yang curhat tentang problemnya. Kedua, gw mendengarkan dengan senang hati dan seksama (seperti biasa). Ketiga, dia minta pendapat. Keempat, gw ngasih saran, pendapat, dan analisis berdasarkan otak cerdas gw ini. Kelima, ternyata saran gw itu ada perbedaan dengan kondisi dia. Keenam, dia menghardik gw dan bilang omongan gw nggak ada yang bener dan cuma sok-sokan saja. Gw sakit hati? Jelas! Kalau dia nggak setuju sama tanggapan gw atas curhatnya, buat gw nggak masalah. Nggak semua tanggapan gw itu sama dan sesuai dengan kondisi yang orang lain curhatkan. Tapi, sikap menghardik dan bilang gw sok-sokan itu yang gw nggak terima. Buat gw, dia nggak menghargai gw sebagai pendengar dan pelacur (gratisan). Kalau mau tanggapan yang oke, jangan curhat sama gw, tapi sama psikiater. Gw pikir semua orang normal juga tau, sikap saling menghargai itu penting untuk semua relationship.

Oke, masalah ini selesai setelah dia minta maaf dan gw pun memaafkan. Sayangnya, dari dulu gw emang tipe orang traumatis yang kalau udah disakiti, susah sembuhnya. Jadilah, setiap kali dia curhat, gw mulai berhati-hati untuk menanggapi. Nggak bebas lagi mengeluarkan pendapat-pendapat dari otak cerdas gw ini. Bahkan gw lebih sering cari aman dengan jadi pendengar yang baik dan cuma menanggapi dengan "Oooh..."; "Oh begitu.. Lalu?";. Nah, mungkin dia jengah dan mulai komplain, "Kamu nggak asyik cuma bilang 'Oh...' doang." Ya sudah, suatu kali dia curhat lagi, gw pun kembali menanggapi, masih dengan hati-hati. Sampai suatu kali gw mengungkapkan suatu pendapat setelah dia curhat, dia malah bilang, "Siapa yang suruh kamu analisis masalah gw?". Eh?? Udah gw dengerin, gw tanggepin baek-baek, dia komentar gitu?? Okay, dari sini gw mulai jengah.

Cerita masih berlanjut tentang sikap dia yang sering melontarkan topik-topik pembicaraan yang ujung-ujungnya adalah debat kusir karena beda pendapat. Gw yakin sih, dia pasti udah tau kalau gw punya pendapat yang beda sama dia, secara dia juga punya otak pinter lebih dari gw. Dan sepertinya dia sengaja ingin melempar 'bola panas' itu. Sikap dia ini emang kebiasaan dari dulu yang udah sering gw maklumi. Argumen dia sih, dia pengen melihat sisi lain dari sebuh topik dan mengambil jalan yang terbaik. Sayangnya, kami sama-sama keras kepala dan debat kusir itu cuma bikin gw capek aja. Mendingan otak cerdas ini buat mikir kerjaan gw sendiri, kan. Jadilah, akhir-akhir ini kalau dia mulai nyerempet-nyerempet topik yang nggak jelas ujungnya, males gw tanggepin.

Lalu, dia juga sepertinya mulai mencampuri urusan hidup gw. Maksud dia itu baik, perhatian sama gw. Sayangnya, sikap dia memberikan kritik pedas tentang jalan hidup gw, celaan terhadap profesi gw, ungkapan tidak sepakat dengan hubungan gw dan si pacar, dan bilang rencana-rencana gw itu lost focus, jujur gw nggak suka. Jalan gw mungkin emang nggak semulus dan se-terencana hidup dia, tapi gw selalu bersyukur dan seneng-seneng aja, kok. I've told you many times, you know nothing about me. Gw nggak pernah curhat masalah-masalah gw sama lu. Gw nggak pernah berbagi mimpi, cita-cita, dan rencana hidup sama lu. Lu nggak pernah kenal sama pacar gw. Lu juga nggak tau kondisi kerjaan gw kayak apa. See? Then, I just wanna say, "Siapa yang suruh kamu analisis jalan hidup gw?" Bwahahahaha.... =))

Tulisan gw kali ini emosional banget, yah. Hahahaha.... Kondisi gw sama dia udah jarang chatting. Gw sih berharap hubungan gw sama dia tetep baik-baik aja. Gimana pun juga, dia salah satu sahabat baik yang sebenarnya menyenangkan kalau diajak diskusi. Well, terkadang sahabat baik juga bisa selisih paham, toh. Yang penting kan baikan lagi... :p


Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

tia putri said…
kalau gak baikan-baikan gimana Mba?
*merasasenasib*

Popular posts from this blog

Kaleidoskop 2021

Backpacker Thailand Trip (part-5): Chatuchak Market, Belanja, & Kuliner