Penonton Selingkuh
Selalu ada cerita menarik tentang selingkuh. Dilihat dari berbagai sisi, semuanya tampak menarik. Dari sisi pelaku selingkuh, dari korban selingkuh, dan dari penonton 'drama klasik' perselingkuhan. Nah, sekarang izinkan saya berceloteh dari pihak ketiga. Karena saya nggak pernah menjadi pihak pertama #plak. =))
Kalau kalian pernah menjadi pelacur (pelayan curhat) bagi teman-teman kalian yang menjadi korban selingkuh, apa sih yang bakalan kalian lakukan? Membela teman kalian pastinya. Membesarkan hati, menghibur, membela, bahkan ikut menghina si pelaku yang menyelingkuhi teman kalian. Kata-kata, "Dia ga pantes buat kamu" atau "kamu beruntung ga lanjut sama dia" atau lagi "kamu terlalu berharga untuk dia", mungkin menjadi celoteh klasik yang muncul dari mulut kita.
Sebagai teman yang menjadi korban selingkuh, kita melihat proses kesedihan teman tersebut. Awalnya menangis (bahkan histeris), selanjutnya maki-maki, selanjutnya lagi mencoba bangkit dengan catatan tegas dalam hati "gw berharga dan berhak dapet yang lebih baik dari dia". Seringkali, sebersit benci pada si pelaku selingkuh ikut tertanam begitu dalam. Padahal, benci itu memberatkan hati, bukan?
Sebagai pelacur, mungkin kita bisa memberi perspektif lain pada teman tersebut. Bukankah dia dan kekasihnya pernah punya cerita indah? Bukankah dari awal hingga akhir (yang ternyata nggak enak) hubungan mereka, pasti ada kisah manis. Bukankah mereka pernah tertawa dan bermesraan? Mungkin hubungan mereka pada akhirnya akan berakhir, dan bagaimana caranya adalah bukan sesuatu yang bisa dia pilih.
Ketika sebuah hubungan retak, pecah berkeping-keping karena sebuah perselingkuhan. Lalu, ditambah dengan saran plus makian pada si pelaku, jujur saja, bukankah itu membuat kesedihan dan amarah semakin menggunung? Mungkin ada baiknya kita menghibur dengan mengingatkan si teman akan kenangan indahnya. Mungkin kita bisa membuka pikiran si teman bahwa si pasangan memang sudah tidak bahagia lagi dengannya. Bukankah kita tidak bisa memaksakan kebahagiaan seseorang? Mungkin kita bisa mendampingi si teman 'mengumpulkan kepingan hati yang berserakan' dengan memberi energi positif dari rasa ikhlas, tanpa benci.
Tak perlu bertanya mengapa, tak perlu membanding-bandingkan betapa buruk pelaku selingkuh dan betapa kasihan si korban, tak perlu mengukur siapa lebih berharga dari siapa. Karena semua itu tak akan ada habisnya.
Selingkuh terjadi, hubungan berakhir, that's it! Yang namanya sudah berakhir, lepaskan sajalah...
Love is real, real is love. -John Lennon-
Comments
dan tau dia jawab "tau diselingkuhin gini gue gak bakalan mau ama dia meski sedetik"
sejak itu gue ogah ngomong rhein
bwahahaha... sadis bener temen lu.. Biasalah, jeung.. lagi esmosi. Makanya gw bilang pasti orang2 yang diselingkuhin bakal histeris dan maki2... Padahal kalau dirunut pake logika, tau dari mana dia kalau nantinya bakal diselingkuhin... :))
Eh kok gw jd curcol, yak? =,='
Well, justru kalo kata saya.. ngingetin korban selingkuh ke masa2 indah yang semu, justru nambah sakitnya lo..kok terkesan kayak yang nganggap enteng "kiamat" si temen.. :D
Meluahkan kekecewaan dan amarah itu manusiawi dan ada nikmat Tuhan juga di dalamnya.. so, pas dia lagi marah... sebagai pelacur (wkakakak kocak ni singkatan) saya biasanya ngarahkan aja marahnya biar gak ngerusak diri..
At last, si korban ketika amarahnya udah terlampiaskan, dia juga akan bisa mengenang masa2 indah itu dengan gores luka yang gak terlalu kerasa.. soale pas waktu itu, amarah udah surut, dan akal sehatnya udah mulai kembali :D Allahua'lam.