Here come the end of year so let me write and bit contemplate. I started this year by defending my diploma thesis and got excellent result (Yeay!). I was so happy no more study and just enjoying life by just work, gym, and relax. My brother came to stay in Prague for about a month and we travelled around Czech Rep. It was really refreshing to have my family here after I was trapped because of Covid-19 and can't see them. Then, I went home on Spring for two months. Finally can celebrate Ramadan & Eid Al-Fitr with whole family in Indonesia. We also travelled to some islands and I did many adventure activities that I can't do in Prague (snorkeling, surfing, swimming in the sea, islands hopping, sailing, etc). I visited many restaurants and ate all my favourite foods and snacks in my hometown. So so happy! While celebrating my freedom in my country after finishing my master degree, my Mom asked my promise that I will start date again after I finished school. Ugh! I mean, yeah
Setelah lebih dari 2 minggu, akhirnya saya cukup bisa move on dari keterpurukan yang disebabkan oleh nilai IELTS yang tidak sesuai impian (dan syarat masuk univ incaran). << Lebay. Sesuai curhat sebelumnya , saya seharusnya tidak perlu menulis postingan ini karena score band IELTS tidak mencapai 7.00. Tapi..tapi..tapi.. Nggak apa-apa deh ditulis supaya pembaca bisa mengambil hikmah, hidayah, dan barokah mumpung edisi Ramadhan dari pengalaman saya. Di sini saya akan cerita bagaimana cara belajar sebelum menghadapi IELTS dan realita saat tes berlangsung. Oiya, saya nggak ikut les bahasa Inggris sebelum tes. Semuanya total belajar intensif sendiri. Cekidot, gan! IELTS terdiri dari 4 section: Listening (40 menit), Reading (60 menit), Writing (60 menit), Speaking (interview dengan orang asing 15 menit). IELTS juga dibagi 2: academic (bagi yang ingin kuliah) dan general (bagi yang cari kerja). Saya mulai belajar IELTS kurang lebih 1 bulan sebelum tes berlangsung (13 Juni). Ba
Rhein nggak biasa nulls postingan review di blog, lebih sering curhat. Maka, kali ini pun Rhein hanya ingin curhat tentang review Macbook Air 11" yang telah menemani hari-hari baik suka mau pun duka sebagai penulis. Senjata penulis itu apa sih? Dulu sih pena, sekarang juga masih. Tapi ibarat penembak yang senjatanya pistol, pasti ada pendamping 'senjata' yang bisa mendukung dan memaksimalkan kekuatan senjata utama. Aduh Rhein, nggak usah muter-muter, deh, buruan reviewnya. Berawal dari Rele, laptop lama yang mulai kena penyakit mati tiba-tiba. Toshiba itu entah kenapa sering mati tiba-tiba dan kalau dinyalain lamaaaa~~ banget! Sampai bisa ditinggal mandi. Kesal? Pastinya lah. Jangan ditanya urusan baterai karena udah drop sejak lama, harus pakai kabel charger., start power lama, suka mati tiba-tiba (padahal Rhein lagi ngerjain thesis dan novel), dan udah coba benerin ke tempat service (bahkan outlet resmi Toshiba) pun ngga bisa. Hih! Sudahlah, daripada stress men
Comments
Tulis aja cerita ttg seorang writer yang gak nulis-nulis gara-gara kebanyakan ide.
Wakwakwakwakwakwakwakwakwak
thia, semangat yaaaa, ntar kasi tau klo dah terbit, kasi gratisan sekalian, hehehe