100 Kali Ikut Kelas Les Mills

Ternyata saya masih tidak berhenti mengejutkan diri sendiri :)


Siapa yang suka olahraga? Kalau saya dari dulu pemalas banget di urusan olahraga. Paling mentok itu jogging di treadmill yang penting badan gerak. Saat covid dan semua gym tutup, cuma jogging tipis-tipis ke taman dan pulangnya beli pizza. Itu pun kalau niat banget (joggingnya, kalau pizza sih selalu mau). Nyoba HIIT sekali dari youtube bareng Angie & Bisma malah bengek dan nggak mau lagi. Ga ada ceritanya niat banget menjadwalkan diri untuk olahraga, mikirin in-out kalori, ningkatin massa otot, dsb dll.


Sampai akhir tahun kemarin salah satu sobat di sini ngotot banget merayu untuk daftar ke gym dan ikut kelas. Alasannya karena udah dibayarin kantor jadi harus dimanfaatkan (bukan demi kesehatan). Ya sudah saya pun ikut daftar ke salah satu gym dekat rumah dan ikut kelas... yoga! Lagi-lagi sahabat saya dengan persuasif menganjurkan untuk ikut kelas les mills, terutama bodypump. 


"What were you doing in Yoga class? You should join bodypump. It will give you sweat, energy, burn calories. Try bodypump!" ujarnya memaksa.


Untuk yang belum tahu les mills, silakan googling dan youtubing ya. Seru pokoknya! :)



Sesuai anjuran, suatu hari saya pun ikut kelas bodypump yang baru diketahui ternyata itu angkat beban. "Anjir, ga pernah kepikiran gw bakal nyoba angkat beban," pikir saya. Trainer di kelas baik banget, menjelaskan apa-apa yang harus disiapkan, saya diminta untuk mencoba beban paling rendah (total sekitar 5 kilogram), dan dia mau mentranslate semua instruksi ke bahasa Inggris di sepanjang kelas selama 1 jam (bahasa utama tentu bahasa Ceko).


Keesokan paginya saat bangun tidur, saya vertigo, dunia berputar saat membuka mata dan akhirnya muntah, seharian saya pusing meriang. Pertama kali dalam seumur hidup merasakan vertigo, sehari setelah olahraga ngangkat 5 kilo doang, (damn!). Ini efek yang lebih dahsyat daripada pegal dan kram setelah muay-thai waktu kuliah di ITB dulu. Ingin rasanya memaki si sahabat yang menyarankan ikutan kelas ini. Saat curhat kalau saya sakit, dia malah menjawab, "It's okay, have a rest and join the class again next week. Don't come everyday." Siapa juga yang mau ikutan tiap hari, Maemunah??


Eh ternyata benar saya ikutan lagi seminggu kemudian, masih di beban 5 kilogram, masih kaku dan tidak seimbang di tiap gerakan, masih sering stop di tiap beberapa hitungan, masih bengek saat kelas udahan. Namun, saya mulai mencari informasi lebih jauh tentang kelas les mills ini dan menjajal kombinasi yang pas untuk diri sendiri. Saya coba RPM (sepeda statis), langsung kibarkan bendera putih. Sepertinya kalau paha & betis saya bisa bicara, mereka sudah menjerit-jerit bagaikan masuk neraka. Saya coba Les Mills Barre, cardio dengan dasar gerakan balet yang bagus banget untuk stretching otot yang tegang setelah kelas angkat beban. Saya coba bodycombat, jauh lebih melelahkan daripada bodypump tapi saya lanjut karena trainernya tampan dan macho abis! Mirip Keanu Reeves zaman muda gitu, hahaha... (Ternyata pacarnya juga tampan, baguslah saya jadi fokus olahraga daripada flirting :p).



Fitness Center ini punya format yang bagus. Pertama, untuk ikut kelas harus daftar 48 jam sebelum kelas dimulai dan ini tuh cepet-cepetan. Saya sempat syok ada kelas yang langsung penuh hanya dalam waktu 30 detik! Biasanya kelas favorit (waktu strategis dan trainer yang asik) kompetitif banget untuk ikutan kelasnya. Untuk cancel pendaftaran paling lambat 2 jam sebelum kelas dimulai. Kalau nggak datang ke kelas tanpa cancel booking, akan diblack-list nggak boleh masuk gym selama seminggu. Sayang banget kan, nanti lemak makin menumpuk. Selain itu, gym juga punya aplikasi yang mendata tiap kali anggotanya datang ke kelas. Jadilah saya dan si Maemunah berlomba-lomba siapa yang paling sering datang ke gym :)). Healthy friendhsip, literally. 


Dalam waktu 6 bulan, ternyata saya sudah ikut 100 kelas yang artinya rata-rata 4 kali seminggu. Apa efeknya? Berat badan naik (lhah?? Hahaha). Semoga karena naik massa otot dan bukan dosa. Dulu saya pengen punya pacar supaya ada yang bantuin untuk buka botol kaca (botol selai gitu loh), sekarang otot tangan udah cukup kuat untuk buka botol sendiri (meski tetep pengen punya pacar). Sakit saat PMS berkurang banget, meski tetap mengurangi kadar olahraga saat tamu bulanan datang. Lebih happy dan pede saat bercermin karena gelambir berkurang banyak. Jarang sakit dan endurance meningkat, ini terasa banget saat ikut aktivitas fisik seperti hiking. Oiya, saya nggak punya banyak dokumentasi saat ikutan kelas Les Mills jadinya nggak ada foto before-after. Intinya sih klise, sehat itu investasi. Kalau muka menua bisa operasi, tapi otot kencang itu susah banget dimanipulasi. 




Yang awalnya nggak suka olahraga, sekarang rasanya aneh kalau nggak pergi ke gym. Konsistensi untuk terus datang ke gym bahkan sampai 100 kali tanpa motivasi khusus, bagi saya wow banget. Soalnya beneran nggak ada niat body goals atau turun berat badan (malah naik). Lesson learned: action & consistency will lead you somewhere. Posisi saat ini udah bisa angkat beban sekitar 15 kilogram, tentu akan meningkat lagi. Gerakan udah lebih solid dengan keseimbangan tubuh yang lebih stabil (arabesque!). Sekarang juga udah lebih aware dengan informasi terkait konsumsi protein, calori in-out, suplemen pendukung, etc. Untuk kesekian kali dalam hidup, saya surprise sama diri sendiri :)). I'm proud. 


Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

Popular posts from this blog

2022: Slightly Romantic Comedy

A Day at The Same Time Zone

The Only One Lady's Birthday