Why You Will Marry The Wrong Person by. Alain de Botton




Mengambil sudut pandang pesimistik, buku ini membahas dengan cukup baik bagaimana kita perlu melihat pernikahan dengan realistis. Tidak terlalu harsh seperti di zaman 'Marriage of Reason' (how much land do you have?), tidak terlalu giung dengan uwu-uwu ala sosial media. 


Berawal dari artikel yang ditulis oleh Alain de Botton di New York Times dengan judul sama, The School of Life mengurainya lebih detail. Bukunya tipis dan kecil, tapi bacanya perlu mikir banget. Pembahasan dibagi menjadi 3 tahap: 

  • Why you will marry the wrong person
  • When is one ready to get married
  • How love stories ruin our love lives

Di awal pembahasan dijelaskan tentang realita pernikahan, tentang menjalani hidup dengan pasangan tidak semanis eksrim, tentang ragu, kesal, kecewa dan segala rasa negatif yang akan tetap muncul sama seperti saat masih lajang. Pembahasan selanjutnya lebih menohok: It could be I am the wrong person! Cara buku ini menjabarkan agar pembaca melakukan refleksi diri, bagus sekali (at least bagi saya). Di akhir pembahasan, well ada input bagus tentang bagaimana saya harus menulis novel romansa selanjutnya. Hahaha...


Sama seperti series The School of Life lain, buku ini juga punya tipe tulisan padat berisi. Ibarat makanan tuh kayak energi bar. Karena bukunya cuma 70 halaman, saya ga akan review banyak karena nanti malah spoiler. Overall, ini bukan jenis buku yang bakal disukai oleh Ibu karena beliau hopelessly romantic. Beliau mungkin lebih setuju dengan artikel oposisi: "Why You WIll Marry the Right Person." Buku ini juga bakal mengecewakan penggemar konten uwu. Kalau kamu tipe orang pesimis-skeptis-logis, mungkin bakal suka. 


For me, this book was enlightening and irritating at the same time. Just like how the marriage will become. 


Love is real, real is love. -John Lennon-

Comments

Popular posts from this blog

Backpacker Thailand Trip (part-5): Chatuchak Market, Belanja, & Kuliner

Untuk Kamu-Kamu yang Tidak Pintar