Tim Bosscha Akhirnya, beberapa hari lalu Rhein bisa menyempatkan diri untuk pergi backpacking. Meski nggak jauh-jauh sih, cuma ke Bandung, itu pun pake ransel bukan backpack *namanya ranseling dunk?* . Meski deket dan cuma sebentar, tapi cukup menyalurkan hasrat *halah bahasanya* jalan-jalan dan menghilangkan jenuh terhadap rutinitas. Apalagi backpacking kali ini cukup spesial buat Rhein. Biasanya, Rhein cabut sendirian, terus ketemu temen-temen baru. Kali ini Rhein ajak beberapa teman dari komunitas yang beda-beda, dan ternyata... SERUUUU BANGEETTT!! Ada temen kampus, temen kantor lama, temen HAAJ, dan si pacar pun ikut pastinya. Hehe... :D bukan Power Ranger Acara utama kali ini adalah kunjungan malam ke Observaorium Bosscha. Hohoho.. Karena Bosscha ini jarang banget buka untuk kunjungan malam, Rhein khusus udah pesan tempat sejak 3 bulan sebelumnya. Apalagi peserta dibatasi, jadilah kami 8 orang berangkat bareng2 dari Gambir, Jakarta. Naik kereta api... tuutt...tuutt...
Sebagai anak yang lahir dari keluarga yang memberi kebebasan penuh akan hidupnya, saya seringkali tidak terlalu ngeh kalau tiga poin yang menjadi judul adalah kombinasi yang spesial. Apalagi untuk sudut pandang di negeri tercinta Indonesia. Kalau diingat-ingat lagi, ternyata tidak sedikit teman-teman perempuan yang curhat kalau mereka kesulitan mendapat izin orang tua untuk bepergian. Bukan hanya dalam urusan traveling jarak jauh, bahkan sejak saya masih di bangku sekolah pun. “Ayahku nggak ngasih izin.” Kalimat klasik kalau saya ngajak teman perempuan jalan-jalan. Ketinggalan rombongan biksu Tong Satu hal yang wajar ketika seorang ayah menjaga putrinya. Harus malah. Lah, kalau saya dibolehin pergi-pergi sesuka hati, apa Bapa nggak menjaga atau khawatir? Ada satu waktu ketika Bapa juga sering melarang saya main ke luar rumah. Seiring berjalannya waktu, boleh main tapi tidak terlalu jauh dan serentet pertanyaan sponsor (ke mana, sama siapa, mau berbuat apa). Makin saya gede, ma
Comments